Kumur Antiseptik Tiap Hari, Bolehkah?

Sejak meredanya wabah pandemi Covid-19 satu tahun lalu, membuat masyarakat mulai menjaga dan sadar akan kesehatan, termasuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Bahkan banyak diantaranya yang mulai membersihkan kesehatan mulut dengan antiseptik. Yang menjadi pertanyaan adalah kumur antiseptik tiap hari, bolehkah?

Pertanyaan tersebut menjadi hal yang wajar, apalagi bagi para anak muda dan para profesional yang selalu ingin tampil menarik dan selalu keren. Tentu membuat turun pamor kalau mulut bau, hal ini menjadikan berkumur antiseptik menjadi semacam ritual tiap pagi.

Kumur Antiseptik Tiap Hari, Bolehkah?
Ilustrasi (Gambar: sirhealth.com)

Banyak sekali referensi yang membahas tentang perlu tidaknya berkumur dengan antiseptik, salah satunya yang disampaikan A. Bimo Wijoseno dalam Majalah Intisari Edisi No. 530. Namun di tengah perilaku positif untuk selalu menjaga kebersihan mulut, ternyata banyak slentingan yang menyampaikan bahwa berkumur antiseptik tiap hari ternyata tidak bagus untuk kesehatan mulut. Benarkah demikian?

Proses Detoksifikasi di Mulut

Banyak sekali alasan mengapa untuk menjaga penampilan tidak cukup hanya dengan mengandalkan sikat gigi seiap hari, bahkan untuk menjaga agar tidak bau mulut masih ditambah dengan kumur obat kumur antiseptik.

Banyak yang percaya diri dengan apa yang dilakukannya, dengan alasan selain bisa mengusir bau mulut, mulut pun terasa segar, dan membuat mereka tidak canggung dengan client.

Menurut dr Widayat Alviandi, Sp.THT di RSCM, Jakarta yang merupakan dokter spesialis telinga hidung dan tenggorokan, bahwa keluhan bau mulut atau halitosis sering muncul hanya berdasarkan perasaan individu saja.

Maka untuk memastikan, perlu diperiksa secara khusus oleh dokter spesialis mulut dan gigi. Dalam hal ini dokter akan melakukan halimeter atau banatest untuk memeriksa tingkatan bau mulut. 

Halitosis atau bau mulut adalah hasil metabolisme dari kuman rongga mulut dan sisa-sisa makanan, berupa gas yang disebut Volatile Sulfur Compound (VSC). Gas ini terdiri atas zat hidrogen sulfida, metil merkaptan, dimetil disulfida dan dimetil sulfida. Zat-zat ini selalu dihasilkan dalam proses metabolisme dari bakteri atau flora normal rongga mulut.

Baca juga: Sirih, Si Pengusir Bau Mulut.

Peningkatan aktivitas VSC bisa terjadi karena rendahnya kadar oksigen di dalam rongga mulut, yaitu saat produksi air ludah (saliva) mengalami penurunan, bisa karena adanya karang gigi atau gigi berlubang (karies).

Terdapat beberapa jenis bakteri di dalam mulut yang berperan besar ‘memproduksi’ bau mulut, seperti Treponema denticola, Prophyromonas ginggivalis dan Bacteriodes forsythus. 

Namun timbulnya bau mulut bukan hanya monopoli mulut saja, ternyata kondisi segitiga telinga-hitung-tenggorokan dan kesehatan perut turut menyumbang.

Oleh karena itu, bila sudah melakukan dan menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi dua kali sehari dan berkumur setelah makan, tetapi bau mulut masih muncul, maka perlu diperhatikan faktor lainnya seperti ada tidaknya infeksi, gigi berlubang, infeksi di bagian telinga atau bisa karena infeksi amandel, serta infeksi di sinus atau rongga hidung.

Terdapat penyebab lain gangguan bau mulut, yang diakibatkan karena menderita gagal ginjal, diabetes melitus, termasuk juga menderita saluran pencernaan.

Selain itu, bau mulut juga muncul karena akibat faktor luar, seperti makanan. Jenis makanan tertentu ternyata bisa menjadi pencetus bau mulut seperti kopi, alkohol atau makanan beraroma keras, seperti bawang putih dan bawang merah. Termasuk dalam hal ini melakukan kebiasaan merokok. 

Bahkan mulut kering karena kurang minum air bisa membuat mulut berbau. Hal ini bisa dibuktikan, saat bangun tidur di pagi hari bau mulut mejadi kurang sedap. Baru setelah melakukan sikat gigi dan minum air, baru bau kurang sedap tersebut berangsur-angsur hilang.

Hal serupa terjadi saat kita berpuasa, menurut Andang W. Gunawan, seorang konsultan kesehatan alami dan juga seorang penulis buku tentang kombinasi makanan, maka bau mulut saat berpuasa merupakan bagian dari proses pengeluaran racun atau detoksifikasi, karena dalam kondisi berpuasa, sistem pencernaan sedang beristirahat dan memusatkan energinya pada pembersihan dan penyembuhan.

Secara periodik, sistem getah bening mulai membuang mukus atau lendir melalui hidung dan tenggorokan, terkadang lendir ini pun berbau, namun pada hari ke-16 berpuasa, bau napas mulai tidak berbau lagi dan segar, karena tubuh sudah mulai beradapatasi degan proses puasa.

Masih menurut Andang W. Gunawan, dalam kondisi sehat, bau mulut sebenarnya bukan penyakit, karena hal ini merupakan bagian dari proses detoksifikasi.

Batas Berkumur dengan Obat Kumur Antiseptik

Menurut dr. Widayat Alviandi, Sp.THT dan juga berdasarkan pengalamannya, keluhan yang terjadi disekitar kesehatan mulut sangat jarang terjadi. Namun biasanya berawal dari radang tenggorokan, dan pada akhirnya melebar ke masalah lainnya.

Penyebab radang tenggorokan ini bisa karena disebabkan iritasi, alergi atau infeksi dari virus. Hal ini juga disebabkan karena di dalam rongga mulut dan tenggorokan terdapat 225 jenis kuman, dan 200-an kuman tersebut berjenis virus. Dan jangan khawatir bila daya tahan tubuh kuat, virus tersebut tidak mampu menyerang.

Yang harus diperhatikan adalah bau mulut bisa berawal dari radang tenggorokan, untuk mengatasi sudah banyak obat kumur yang dijual dengan bebas dengan berbagai rasa.

Masih menurut dr Widayat Alviandi, Sp.THT, batas penggunaan obat kumur ini sampai lima hari saja, karena bisa terjadi iritasi. Kalau tidak terjadi perubahan gejala radang, harus berkonsultasi ke dokter, karena bisa disebabkan infeksi atau faktor lain dari penyebab bau mulut.

Baca juga: Tips Detoks Tubuh Sendiri.

Sedangkan untuk cara berkumur pun dalam rangka mengatasi radang tenggorokan, harus diingat bahwa untuk berkumur hanya sampai tengorokan saja. Caranya dengan kepada ditengadahkan ke atas, dan jangan sampai tertelan karena bisa membuat iritasi pada lambung.

Obat kumur tersebut akan menyerang bakteri Treponema denticola, Prophyromonas ginggivalis dan Bacteriodes forsythus, yang merupakan bakteri penyebab bau mulut.

Terdapat beberapa cara mengatasi bau mulut, antara lain:

  1. Selalu menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut dengan menggosok gigi dua kali sehari, pagi dan malam sebelum tidur.
  2. Sikat pula lidah kita, karena permukaan lidah yang tidak rata memungkinkan adanya sisa makanan yang tersangkut di lidah.
  3. Sesering mungkin minum air purtih, namun hindari minum kopi karena akan memperparah keadaan.
  4. Berkumur dengan obat kumur tidak dianjurkan, karena umumnya mengandung alkohol yang akan menyebabkan produksi saliva menurun.
  5. Mengunyah permen karet yang sweetless atau yang tidak mengandung gula bisa membantu untuk merangsang produksi saliva, terutama bagi mereka yang memiliki saliva yang kental.
  6. Apabila bau tidak sedap masih belum menghilang selama seminggu, maka segera kunjungi dokter gigi Anda, mungkin ada gigi yang berlubang atau ada karang gigi.
  7. Apabila ada bau mulut yang diserta dengan demam atau batuk dan lendir, bisa jadi merupakan gejala abses paru.

Selain itu menurut dr Widayat Alviandi, Sp.THT berkumur dengan obat kumur antiseptik untuk menghilangkan bau mulut memang diperbolehkan, namun ada batasnya, dan tidak setiap hari dan tidak secara terus menerus.

Hal ini disebabkan ekosistem mulut membutuhkan keseimbangan. Di mulut selain terdapat bakteri jahat terdapat juga bakteri baik. Bahkan dalam ludah sendiri terdapat antiseptik yang menjaga keseimbangan ekosistem di mulut.

Bila diguyuri dengan obat kumur terus, maka mulut akan tersa kering. Produksi ludah bisa menurun dan mengakibatkan ekosistem di mulut menjadi tidak seimang, bahkan bakteri bakteri baik bisa-bisa ikut mati, dan bisa menyebabkan keluhan lain, seperti iritasi.

Air ludah yang ada di dalam mulut sebenarnya secara alami sudah berfungsi sebagai pembersih, namun dengan makanan modern, seperti sekarang ini pembersih alami tidak lagi bisa berfungsi secara maksimal, maka perlu adanya sikat gigi sebagai alat bantu untuk membersihkan gigi dan juga berkumur.

Dan pembersih lain, seperti buah-buahan dan sayuran dengan mengonsumsinya secara teratur bisa menjadi salah satu cara mencegah gangguan gigi, hal ini disebabkan kandungan serat dan air yang ada di dalam sayur dan buah akan turut membantu proses self cleansing gigi, proses ini hanya bisa menghilangkan sisa-sisa makanan, namun plak tetap menempel pada permukaan gigi.

Itu dia sedikit informasi tentang “kumur antiseptik tiap hari, bolehkah?”. Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Belum ada Komentar untuk "Kumur Antiseptik Tiap Hari, Bolehkah?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel