Tips Mencegah Anak dari Bahaya Pedofilia

Anda tentu masih ingat beberapa tahun lalu, saat seorang anak yang ditemukan tewas dengan tubuh terpotong-potong. Setelah dilakukan investigasi oleh pihak berwajib ternyata anak kecil tersebut adalah korban mutilasi yang sebelumnya menjadi korban sodomi. Betapa mengejutkan, ternyata pelakunya adalah orang dekat. Tentu hal ini mengkhawatirkan bukan? Untuk itu sebagai pengingat di bawah ini akan disampaikan tips mencegah anak dari bahaya pedofilia.

tips-mencegah-anak-dari-bahaya-pedofilia
Ilustrasi (Gambar: Shutterstock.com)

Siapa yang tidak khawatir dengan kejadian tersebut, tentu semoa orang, khususnya orang tua akan berusaha mencegah agar anak bisa dijauhkan dari hal-hal yang mengerikan tersebut.

Pedofilia Ternyata Sudah Ada sejak Dahulu

Kalau Anda menganggap bahwa pedofilia terjadi baru-baru ini saja, Anda mungkin keliru, karena seperti yang disampaikan Ester Linawati yang catatannya pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi No. 561, ternyata pedofilia sudah terjadi sejak jaman dahulu kala.

Bahkan dalam mitologi Yunani dikisahkan mengenai Zeus yang tertarik dengan Ganymede, Pangeran Kerajaan Troy. Zeus kemudian menculik Ganymede dan menjadikannya juru minum sekaligus menjadikannya sebagai kekasih.

Sejarah juga mencatat pada zaman Renaissance, pedofilia muncul dalam banyak karya seni. Michelangelo dan Benvenuto Cellini termasuk yang cukup sering menampilkan percintaan antara laki-laki dewasa dan anak laki-laki dalam patung dan lukisan mereka. Terdapat dugaan saat itu pedofilia menjadi tren di kalangan seniman meskipun tidak didukung dengan bukti-bukti yang kuat.

Pada awal abad ke-20, isu pedofilia ini pindah dari kalangan seniman ke pendidik, tersebut Gustav Wyneken guru pertama yang diadili akibat tindakan pedofilia yang dilakukannya terhadap muridnya. Bersama pendidik lainnya yang juga pedofil, ia mengatasnamakan perbuatannya sebagai wujud pedagogical erosm, yaitu cinta erotis pria dewasa dibutuhkan untuk mendewasakan anak laki-laki.

Baca juga: Tips Melindungi Anak dari Bahaya Perkosaan.

Tetapi selama berabad-abad, para pedofil ini tidak terjangkau oleh hukum, baru ketika sebagian membunuh korbannya, atau keluarga korban melaporkannya, kasus ini mulai menjadi perhatian masyarakat.

Pedofilia adalah penyimpangan seksual yang paling meresahkan karena korbannya anak-anak, yang memiliki dampak luar biasa dan bisa mengubah kehidupan korban. Apalagi kebanyakan pelaku adalah orang dekat dengan korban. Ketidakmampuan mempercayai orang lain, rendahnya harga diri, ketakutan untuk menjalin hubungan akrab dengan lawan jenis, ketergantungan obat-obatan, depresi, hambatan seksual atau sebaliknya berlebihan dalam hal seksual, dan gangguan lainnya bisa dialami korban. Bahkan bukan tidak mungkin korban akan menjadi pedofil dan menimbulkan korban-korban baru.

Richard Lanyon, seorang psikolog dari Arizona State University mengelompokkan pedofil menjadi tiga tipe, antara lain:

  • Tipe situational molester.

Jika masih memiliki ketertarikan seksual dengan orang dewasa. Hanya saja dalam situasi tertentu, memiliki hasrat pedofilia dan melakukan tindakan pedofilia sebagai upaya mengatasi rasa tertekan.

  • Tipe preference molesters.

Jika tertarik secara seksual hanya kepada anak-anak. Kalaupun mereka menikah, hanya untuk menutupi kondisi mereka yang sebenarnya, Mereka tidak merasa ada yang salah dengan pedofilia, bahkan menganggap masyarakat yang bersikap berlebihan.

Biasanya situational maupun preference molesteres menyalurkan hasrat pedofilianya terhadap anggota keluarga atau tetangga. Kedua tipe ini umumnya tidak bertindak sadis terhadap korbannya. Mereka cenderung membujuk atau mengancam anak tanpa kekerasan fisik.

  • Tipe pemerkosa anak (child rapist).

Tipe ini biasanya sangat kasar dan tidak segan-segan melakukan kekerasan fisik kepada korban bahkan sampai memerkosa atau pun membunuh korbannya.

Krafft-Ebing menyebutnya sebagai pedofil sadistis. Biasanya mereka mengalami gangguan kepribadian anti sosial atau yang populer disebut psikopat. Mereka ini tidak memiliki rasa bersalah atau pun kepedulian kepada para korbannya.

Jika seseorang pedofil termasuk dalam tipe ini, mereka akan didiagnosis dengan dua gangguan sekaligus, yaitu pedofilia dan gangguan kepribadian anti sosial.

Penyebab Pedofilia 

Pada kasus ini pedofilia ini harus dibedakan dengan homoseksual. Tidak semua pedofil memiliki orientasi seksual terhadap anak yang sama jenis kelaminnya dengan mereka.

Penyebab pedofil perlu dipahami dari aspek biologis, psikologis, dan sosial yang saling terkait.

  • Pada aspek biologis, memang belum ditemukan pola genetik yang khas pada para pedofil. Namun diyakini bahwa pedofil disebabkan oleh tingginya hormon testosteron yang merupakan  hormon seks laki-laki. Pandangan ini masuk akal karena 95% pedofil berjenis kelamin laki-laki.
  • Dari sisi psikologi, pengalaman masa kanak-kanak sebagai korban pedofilia juga bisa menjadi penyebab utama seseorang menjadi pedofil. Mereka belajar dengan mengamati bahwa kepuasan seksual dapat diperoleh dari anak-anak. Bisa jadi mereka rendah diri menyadari dirinya adalah korban pedofil. Akibatnya mereka cenderung menutup diri dan pergaulan pun menjadi terbatas.
  • Dari sisi sosial ditemukan pelaku pedofil kebanyakan berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah. Sebagian bahkan tidak memiliki pekerjaan. Ditambah dengan tingkat pendidikan yang kurang memadai, yang membuat mereka sulit menemukan cara penyelesaian masalah secara efektif. Akibatnya mereka mudah stress dan menggunakan anak untuk mengatasi rasa tertekan atau ketegangan akibat stress.

Hal Yang Harus Diketahui Tentang Pedofil

Pedofil ini sangat sulit disembuhkan, apalagi pada tipes sadistis. Oleh karena itu yang harus dilakukan adalah melindungi anak dari bahaya pedofil. Beberapa hal yang perlu diajarkan pada anak, antara lain:

  • Melaporkan kepada ibu atau pengasuh jika ada orang yang menyentuh alat kelaminnya, menyuruhnya untuk menjaga rahasia, ingin mengganti pakaiannya padahal pakaian anak tidak kotor atau pun basah, meminta anak menyentuhnya atau mengajaknya masuk ke kamar madi padahal anak tidak ingin buang aiar.
  • Menolak bila ada yang melakukan hal-hal itu kepadanya, meskipun anak mengenal pelaku.

Orang tua harus peka terhadap perubahan yang terjadi pada anak, antara lain:

  • Apakah anak menjadi enggan masuk toilet, mengeluhkan sakit pada alat kelaminnya, atau menolak untuk digendong dengan alasan sakit meski ia tidak dapat menyebutkan bagian tubuh yang sakit.
  • Cari tahu penyebabnya bila anak yang tadinya ceria, kini menjadi rewel, gelisah dan mudah menangis, apalagi bila hal ini ditampilkan saat berhadapan dengan orang tertentu yang sebelumnya cukup akrab dengannya.
  • Tanyakan lebih lanjut bila anak menghindari tempat-tempat tertentu yang sebelumnya disukainya.
  • Tanyakan lebih lanjut bila anak kini bersembunyi tiap kali melihat orang yang sebelumnya cukup dekat dengannya.

Itu dia sedikit informasi tentang “tips mencegah anak dari bahaya pedofilia”. Semoga informasi tersebut bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Tips Mencegah Anak dari Bahaya Pedofilia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel