Apakah Alergi Makanan Bisa Menjadi Penyebab Autisme?

Autisme? Meskipun di era yang sudah mengalami kemajuan teknologi dan informasi, masih banyak orang yang belum memahami apa itu autisme. Bahkan tidak hanya autisme, mengetahui tanda-tandanya saja banyak tidak menyadari, baru terkaget-kaget saat anak sudah mulah beranjak besar. Disinilah banyak yang bertanya-tanya tentang penyebab autisme itu, seperti apakah alergi makanan bisa menjadi penyebab autisme?

alergi-makanan-penyebab-autisme
Ilustrasi (Gambar: cotozachoroba.pl)

Beberapa orang yang sadar akan kesehatan sering menyampaikan, “Hati-hati alergi makanan khususnya pada anak!”, tentu saja hal ini mengagetkan banyak orang termasuk Saya. Penasaran dengan hal tersebut, tentu saja mencari tahu tentang informasi tersebut menjaid hal penting, salah satunya dari catatan dr. Widodo Judarwanto, yang catatanya pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi No. 517, yang membahs masalah autisme.

Bagaimana Bisa Alergi Makanan Menjadi Pemicu Autisme?

Dari berbagai sumber menyebutkan bahwa alergi makanan disebut-sebut sebagai salah satu faktor pemicu autisme pada anak, namun banyak orang tua tidak mengetahui dan tidak menyadarinya. Rata-rata para orang tua ini baru menyadari setelah anak yang mengidap autime ini mulai tumbuh besar dan sulit untuk ditangani.

Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh, yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan tertentu.

Pada anak-anak, alergi maakanan bisa menyerang semua organ tanpa kecuali. Bahaya dan komplikasi yang muncul juga beragam. Reaksi atas alergi makanan (sering disebut dengan ‘manifestasi klinis’) berpotensi mengganggu semua sistem dan organ tubuh.

Baca juga: Sakit Perut pada Anak dan Penyebabnya.

Keluhan alergi ini sering muncul secara misterius. Yang banyak dipahami adalah alergi sering dianggap sebagai proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi (cepat atau lambat), namun juga bersifat kronis dan kompleks.

Gejala klinisnya terjadi karena reaksi imunologi dalam tubuh, yang muncul untuk menangkis serangan terhadap organ sasaran.

Autisme sendiri diyakini oleh para peneliti sebagai kelainan anatomis pada otak. Secara ilmiah sudah dibuktikan, autisme merupakan penyakit yang disebabkan oleh banyak hal atau multifaktor. Selain karena alergi makanan, terdapat ahli yang menyebut autisme timbul karena gangguan biokimia. Sedangkan ahli lain menyebutnya sebagai gangguan jiwa, akibat masuknya unsur logam berat dan bahan-bahan berbahaya ke dalam tubuh.

Namun, apa pun penyebabnya, autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak, yang ditandai dengan gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasam perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial.

Banyak teori dan misteri mengenai timbulnya autisme, termasuk bagaimana alergi makanan hingga bisa mengganggu fungsi otak, dari sini pula yang menjadi munculnya teori yang menjelaskan hal tersebut.

Terdapat banyak teori yang menjelaskan hal tersebut, antara lain:

  • Teori pengaruh metabolisme sulfat.

Gangguan metabolisme sulfat akan memengaruhi otak, jika ada bahan makanan yang mengandung sulfur masuk ke dalam tubuh. Bahan makanan itu melalui proses konjugasi fenol kemudian diubah menjadi sulfat yang kelak dibuang melalui urine,

  • Teori gangguan perut dan otak.

Pada penderita alergi yang memiliki gangguan saluran cerna, akan terjadi gangguan pada proses metabolisme sulfur tersebut. Akibatnya, pengeluaran sulfat melalui urine menjadi tidak lancar, sekaligus mengubah sulfur menjadi sulfit. Sulfit ini yang mengakibatkan gangguan pada kulit. Bersama dengan beberapa zat toksin, sulfit juga mengganggu fungsi otak.

  • Teori pengaruh reaksi hormonal

Perubahan hormonal bisa menyebabkan gangguan pada fungsi otak dan perilaku. Penderita alergi biasanya mengalami penurunan hormon, seperti kortisol dan metabolik. Namun sebaliknya, hormon progresteron dan adrenalin akan meningkat saat proses alergi tersebut timbulk. Perubahan hormonal tersebut menyebabkan seseorang menjadi mudah lelah, mudah marah, cemas, panik, sakit kepala, sakit kepala sebelah dan masih banyak lagi.

Teori-teori di atas yang menjelaskan hubungan antara alergi dengan gangguan saraf pusat dan fungsi otak, memperkuat dugaan bahwa alergi, termasuk alergi makanan memiliki peran dalam menecetuskan autisme.

Pencegahan Dini agar Alergi Makanan Tidak Menjadi Pemicu Autisme

Terdapat beberapa hal yang harus diketahui dan dipahami orang tua, yaitu harus mengetahui makanan atau minuman apa saja yang memiliki potensi mengundang alergi. Makanan tersebut seperti daging ayam, daging itik, ikan salmon/tuna, alkohol, daging domba, daging kalkun, jeruk, pisang, pir, anggur, jagung, gula, ubi, singkong, asparagus, selada, kembang kol, bayam, brokoli, teh, kopi dan minyak zaitun.

Penyebab alergi ini bersifat individual, dan sangat berbeda dari anak yang satu ke anak lainnya.

Selain makanan-makanan tersebut, juga terdapat beberapa bahan yang bisa mengganggu otak, yang terdapat pada makanan atau minuman, seperti salisilat, yang mudah ditemukan pada buah, kacang kopi, teh, bir, anggur dan obat-obatan sejenis aspirin.

Penyebab alergi juga bisa datang dari bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan dan pemrosesan makanan. 

Selain itu, orang tua perlu juga untuk memahami gejala dan gangguan alergi yang muncul pada anak. Misalnya, gerakan motorik berlebihan pada anak usia enam bulan (mata dan kepala bayi sering menengok ke atas, tangan dan kaki bergerak berlebihan).

Atau bisa juga anak mengalami gangguan perkembangan motorik, misalnya jika berjalan sering jatuh dan terburu-buru, sering menabrak dan jalan jinjit.

Anak yang mengalami alergi makanan sering mengalami gangguan konsentrasi, cepat bosan dalam beraktivitas (kecuali saat menonton televisi, membaca komik dan main game).

Sangat penting memiliki pengetahuan tentang makanan dan minuman pemicu alergi, berikut gangguan perilaku yang ditimbulkannya, dan yang lebih penting lagi mengetahui dengan pasti makanan atau minuman jenis apa yang menjadi pemicu alergi pada anak.

Sebaliknya, bila orang tua tidak mengenali gangguan alergi sejak dini atau sudah terlanjur, maka penanganan harus dilakukan secara holistik, yang melibatkan beragam disiplin ilmu, seperti bidang alergi anak, neurologi anak, psikiater anek, tumbuh kembang anak, endokrinologi anak, dan gastroenterologi anak. Semoga informasi tentang “apakah alergi makanan bisa menjadi penyebab autisme?” ini bermanfaat untuk Anda.

Belum ada Komentar untuk "Apakah Alergi Makanan Bisa Menjadi Penyebab Autisme?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel