Kompetensi

Anda mungkin pernah mendengar kata-kata ini,”Orang ini tidak berkompeten” atau kata lainnya yang berhubungan kata kompetensi ini, seperti “Orang itu tidak memiliki kompetensi untuk menduduki jabatan itu!”. Namun selain itu, diantara penyebutannya, banyak yang belum tahu maksud sesungguhnya dari kompetensi ini.

Kompetensi
Ilustrasi (Gambar: corporatelearningnetwork.com)

Berbagai pemahanan tentang arti kompetensi berkembang di masyarakat. Ada yang secara sederhana mengatakan bahwa kompetensi adalah identik dengan kata kompeten yang diartikan sebagai kewenangan, kemampuan dan lain-lain.

Definisi Kompetensi

Menurut Prof. Dr. David Mc.Clelland dari Harvard Business Schooll, kompetensi secara sederhana diartikan sebagai keseluruhan keterampilan, kemampuan, sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang secara konsisten yang menghasilkan kinerja yang unggul.

Contoh kompetensi tersebut seperti pemikiran analitis, pemikiran konseptual, percaya diri, inisiatif, mempengaruhi orang lain, membina hubungan, komitmen pada organisasi, pengembangan orang lain, dan lain-lain.

Mengapa Kompetensi itu Penting?

Konsep kompetensi sudah dikenal lama, namun konsep kompetensi modern sudah mulai dikenal di Amerika pada akhir tahun 60-an atau pada awal tahun 1970-an.

Konsep tentang kompetensi mulai dipikirkan sejak adanya keraguan terhadap kemampuan hasil tes psikologi yang dikembangkan oleh para ahli psikologi, antara lain oleh Hugo Munsterberg, seorang bapak psikologi industri pada awal abad 20.

Baca juga: Karakter Unik Konsumen Indonesia.

Keraguan terhadap kemampuan hasil  tes psikologi ini terutama didasarkan pada ketidakmampuan tes psikologi dalam memprediksi kinerja seseorang dalam bekerja, padahal tes tersebut sebelumnya telah menduduki posisi penting dalam manajemen personalia, dan disebut sebagai alat bantu yang handal dalam menentukan karyawan yang cocok untuk suatu pekerjaan.

Ketidakmampuan tersebut tercermin dari banyaknya hasil studi yang menunjukkan bahwa setelah seseorang lulus tes, baik tes prestasi, tes kecerdasan, tes minat dan atau tes kepribadian, ternyata mereka tidak menunjukkan prestasi kinerja yang tinggi.

Hal ini juga merupakan gugatan terhadap signifikansi konstribusi intelegensia akademik (IQ) terhadap sukses karir seseorang pada khususnya dan keberhasilan hidup pada umumnya.

Pasti Anda melihat seseorang yang saat sekolah sangat pintar selalu menduduki rangking tertinggi, namun saat bekerja yang bersangkutan tidak memperoleh keberhasilan dalam karir dan hidupnya,

Ilustrasi tersebut adalah nyata, karena menurut hasil penelitian menunjukkan hal tersebut. Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul “Emotional Intelligence” (1996), mengatakan bahwa pada tingkatan  yang setinggi-tingginya, IQ hanya menyumbang sekitar 20% bagi faktor yang menentukan sukses dalam hidup seseorang, dan sisanya 80% ditentukan oleh faktor lainnya, mulai dari faktor sosial hingga faktor keberuntungan.

Keraguan terhadap hasil akurasi berbagai hasil tes tersebut menggugah keinginan sesorang profesor psikologi dari Harvard Business School yaitu David C. McClelland, untuk mencari semacam alat uji atau penyaring yang bebas dari bias (paling tidak meminimalkan) dan mampu menyeleksi kandidat yang sesuai dengan kriteria perusahaan sekaligus memprediksi kemampuan kerja di posisi yang akan diisi.

Pakar yang tergabung dalam Hay Group (sebuah lembaga konsultan manajemen terkenal dan bertaraf internasional) mengembangkan suatu penelitian yang berdasarkan teori yang telah bertahun-tahun terbukti secara empiris menyebutkan bahwa karyawan dengan prestasi superior memiliki karakter mendasar yang berbeda dengan karyawan yang prestasinya cukup atau rata-rata dan hal ini tercermin dalam pekerjaan mereka. Karakter mendasar yang menyebabkan seseorang mempunyai kinerja yang superior itulah yang menjadi filosofi dasar lahirnya tentang pemahaman kompetensi.

Kompetensi sebagai Karakter yang Mendasar

Kompetensi dikatakan sebagai karakter yang mendasar, yang dibedakan karena adanya 3 (tiga) ciri dari karakter yang mendasar yang biasanya ditunjukkan oleh orang yang mempunyai kompetensi.

 Ciri perilaku yang dianggap sebagai ciri karakter yang mendasar, antara lain:

  • Menghasilkan kinerja (output) yang lebih baik (better result).
  • Muncul dalam lebih banyak situasi (in more situation).
  • Frekuensi kemunculannya lebih sering (more often).

Dengan demikian orang yang dianggap mempunyai kompetensi tertentu, biasanya kompetensi tersebut akan muncul pada kondisi-kondisi seperti yang dicirikan oleh karakter yang mendasar, yaitu:

  • Bila melakukan sesuatu pekerjaan, maka bisa dipastikan bahwa hasil dari pekerjaannya lebih baik bila dibandingkan dengan orang lain.
  • Dalam berbagai situasi, orang-orang yang mempunyai kompetensi biasanya akan lebih pro aktif menunjukkan kompetensinya dalam menghadapi masalah yang terjadi.
  • Orang yang mempunyai kompetensi biasanya secara sadar atau tidak sadar akan selalu menunjukkan kompetensi yang dimiliki.

Enam Elemen Dasar Kompetensi

Terdapat 6 (enam) elemen dasar kompetensi yang secara ilustrasi digambarkan seperti sebuah gunung es, kompetensi tersebut pada dasarnya dibedakan menjadi dua kelompok :

1. Kelompok pertama merupakan kompetensi yag terlihat dan mudah diukur.

Kompetensi ini biasanya disadari oleh individu yang bersangkutan. Kompetensi ini meliputi elemen ketrampilan dan pengetahuan.

  • Ketrampilan (skill), yaitu segala sesuatu yang diketahui seseorang mengenai bagaimana mengerjakan sesuatu dengan baik, misalnya membaca laba rugi, mengetik, dan lain-lainnya.
  • Pengetahuan (knowledge), yaitu apa yang diketahui seseorang tentang suatu bidang riil tertentu, misalnya pengetahuan tentang hukum, kedokteran, dan lain-lain.

Kompetensi tersebut penting tetapi tidak cukup menunjang individu untuk mencapai prestasi yang superior, apabila hanya menggunakan dasar kompetensi ini, akan sulit untuk memprediksi dan menentukan kinerja yang menonjol.

2. Kelompok kedua, yang meliputi nilai atau peran sosial, citra diri, sifat dan motif yang akan lebih sulit diukur, diprediksi dan diidentifikasi.

Kompetensi ini keberadaannya berada dalam diri seseorang yang biasanya tidak disadari, namun jika bisa diidentifikasi akan lebih mudah memprediksi kinerja seseorang sehingga akan memperbesar kemungkinannya untuk berprestasi lebih tinggi.

Kompetensi ini meliputi:

  • Nilai atau peran sosial (social role), yaitu citra yang diproyeksikan oleh seseorang kepada orang lain atau diri kita, misalnya orang lain memandang peran kita dalam lingkungan sebagai guru.
  • Citra diri (self image), yaitu cara seseorang memandang dirinya sendiri (the inner self), misalnya melihat dirinya sendiri sebagai seorang pemimpin.
  • Sifat atau kepribadiaan (traits), yaitu karaktreistik yang relatif abadi pada perilaku seseorang.
  • Motif (motives), yaitu pemikiran-pemikiran dan preferensi-preferensi yang alami dan konstan yang mendorong individu untuk bertidak atau berperilaku.

Itu dia sedikit informasi tentang “kompetensi”. Semoga bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Kompetensi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel