Tips Mengatasi Cacing Perut

Sering mendengar istilah cacingan? Pasti sering, apalagi istilah ini sering ditujukan buat mereka atau anak-anak yang mudah mengantuk, gendut dan makannya banyak. Memang dahulu banyak murid sekolah dasar yang kurang gizi dan juga mudah mengantuk karena cacingan, padahal belum tentu mereka yang gendut selalu cacingan. Tertarik dengan istilah ‘cacingan’ tersebut, maka pada pada kesempatan ini akan disampaikan sedikit informasi tentang tips mengatasi cacing perut.

Apa itu Cacing Perut?

Sesuai dengan namanya, maka cacing perut adalah cacing yang hidup di perut kita. Mengutip sedikit informasi yang disampaikan M. Sholekhudin yang pernah dimuat dalam Kumpulan Artikel Kesehatan Intisari, siklus hidup cacing perut ini melewati tempat-tempat yang kotor. Namun, nama-nama cacing perut ini beraneka macam, antara lain  Trichuris trichuria (cacing cambuk), Ascaris lumbrocoides (cacing gelang), Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (tambang) dan Enterobius vermicularis (cacing kremi).

Diantara varian cacing tersebut, maka yang paling banyak adalah cacing cambuk dan cacing gelang. Sejak jaman dahulu cacing-cacing ini sudah merepotkan para mantri kesehatan. Hal ini juga diperkuat dari apa yang disampaikan dr. Adi Sasongko, MA, yang pernah menjabat Direktur Pelayanan Kesehatan Yayasan Kusuma Buana, Jakarta, yang giat melakukan pemberantasan cacingan, “Konon di Indonesia, sekitar 60% sampai 80% anak usia sekolah menderita cacingan.”

Tips Mengatasi Cacing Perut
Gambar ilustrasi (Foto: medium.com)

Dalam pola hidup cacing, telur yang dikeluarkan bisa mencapai ribuan kali sekali bertelur, maka tidak heran kalau komunitasnya di perut mudah meluas. Sebagai gambaran saja, satu ekor cacing gelang betina dewasa bisa bertelur hingga 200.000 telur setiap hari. Sudah bisa dibayangkan bila di dalam perut terdapat lima ekor cacing gelang betina.

Ukuran telurnya pun tidak bisa dilihat dengan kasat mata, karena ukurannya dalam satuan mikron (1 mikro sama dengan seperseribu milimeter). Telur cacing keluar dari perut manusia bersama dengan feses.

Yang menjadi pertanyaan adalah:

Mengapa yang sering terkena cacingan anak kecil atau anak sekolah?”

Ilustrasinya seperti ini:

Telur cacing keluar dari perut melalui kotoran atau feses. Nah, apabila limbah  manusia tersebut dialirkan ke sungat atau got, maka dapat dipastikan setiap tetes air akan terkontaminasi telur cacing. Meskipun buang air besar di WC, namun ia tetap saja bisa menyebarkan telur, bila kakus tersebut meluber saat musim hujan.

Dan apabila air yang telah tercemar dipakai untuk menyiram tanaman atau aspal jalan, maka telur-telur tersebut akan naik ke darat. Begitu air mengering, tekur tersebut akan menempel pada butiran debu. Karena ukurannya yang sangat kecil, telur tersebut tidak akan pecah, meskipun dilindas ban mobil atau sepeda motor. Dengan diterbangkan debu, telur tertiup angin, kemudian menmpel di jajanan yang dijual di pinggir jalan dan terbuka.

Baca juga: Tips Meningkatkan Kinerja Otak.

Sedangkan telur lainnya terbang ke tempat yang sering dipegang tangan manusia. Dan yang menyedihkan telur-telur tersebut akan masuk ke dalam perut, bila makan tanpa mencuci tangan. Karena menular melalui makanan, maka bisa dipastikan korban cacingan umumnya anak-anak yang biasa jajan di pinggir jalan. Bahkan telur cacing ini bisa masuk dari sayuran mentah yang dikonsumsi yang dicuci kurang bersih.

Saat sudah masuk ke perut, setelah menetas, cacing yang baru menetas akan mendatangi induknya di usus halus. Setelah itu, cacing yang baru menetas tersebut akan menggerogoti isi perut si kecil. Setelah mencapai umur 2 sampai 3 bulan, cacing kemudian tumbuh menjadi cacing betina dewasa yang siap bertelur. Dan sejak saat itu, akan membuat siklus baru pada generasi cacing berikutnya. Bahkan saat dewasa, panjang badan bisa mencapai 30 cm.

Para cacing ini tidak hanya mencuri makanan di usus, setelah kenyang menikmati makanan di usus, mereka kemudian menyesap darah dari dinding usus. Dalam sehari, seekor cacing, misalnya cacing cambuk dewasa bisa minum darah sekitar 0,005 ml. Jika di dalam perut si kecil terdapat 100 ekor, maka dalam sebulan si kecil harus kehilangan darah sekitar 15 ml. Maka tidak heran, penderita cacingan akan menderita kurang gizi dan anemia.

Tips Mengatasi Cacing Perut

Kehadiran cacing perut ini bisa dikatakan sangat mengganggu, menurut dr. Adi Sasongko, MA, kunci utama dalam pemberantasan cacing, yaitu dengan memperbaiki higiene dan sanitasi lingkungan. Seperti:

  • Tidak menyiram jalan dengan air got atau parit. 
  • Saat mencuci sayur mentah, lakukan dengan membilas sayur mentah dengan air mengalir atau bisa dengan mencelupkannya ke dalam air mendidih.
  • Tidak jajan id sembarang temoat, apalagi jajanan yang terbuka.
  • Biasakan mencuci tangan sebelum makan, tidak hanya sesudah makan saja.

Hal ini semua dilakukan agar mata rantai penularan cacingan bisa terputus.

Baca juga: Rokok dan Bahaya Asap Rokok untuk Anak.

Pada kasus cacingan yang ringan sampai sedang, gejalanya memang sulit dikenali. Maka untuk memastikannya, anak-anak harus diperiksa feses atau tinjanya dengan mikroskop, apabila terbukti mengandung telur cacing, maka harus segera diobati, dengan obat cacing.

Namun bila terbukti sehat, obat bisa disimpan untuk digunakan bila di dalam perut si kecil terdapat cacing perut lagi.

Semoga informasi dan tips mengatasi cacing perut ini bermanfaat dan menjadi referensi untuk Anda agar si kecil tidak mudah cacingan.

Belum ada Komentar untuk "Tips Mengatasi Cacing Perut"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel