Resensi Novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”

Satu lagi karya terbaik dari Habiburrahman El. Shirazy yang tidak kalah hebatnya dengan novel best seller yang pernah ditulisnya, yang juga merupakan novel psikologi Islam pembangun jiwa. Namun siapa yang mengira, di balik tipisnya novel ini, yaitu Pudarnya Pesona Cleopatra, namun memiliki makna luar biasa bagi para pembacanya. Selain memiliki makna yang luar biasa, novel ini merupakan karya yang sarat hikmah dan menyentuh, apalagi dengan bahasanya yang sederhana namun indah. Untuk itu, dalam kesempatan ini akan disampaikan sedikit resensi novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”, semoga bisa memberikan hikmah tersendiri bagi Anda sekalian pecinta novel yang  sarat makna ini, khususnya yang ingin membaca buku dan novel karya Kang Abik.

Resensi Novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”
Novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”

Berbeda dengan novel yang ditulis Kang Abik sebelumnya, cerita dalam Novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”  ini terdapat dua judul cerita yang berbeda, namun memiliki makna tersirat yang luar biasa. Cerita pertama berjudul “Pudarnya Pesona Cleopatra” yang digunakan sebagai judul buku ini, dan cerita kedua berjudul “Setetes Embun Cinta Niyala” dengan  cerita yang tidak kalah menarik.

Identitas Buku:

  • Judul: Pudarnya Pesona Cleopatra.
  • Penulis: Habiburrahman El. Shirazy
  • Penerbit: PT. Republika.
  • Tahun terbit : Cetakan I November 2005 dan Cetakan XX, Februari 2010.
  • Tebal buku: x + 110 halaman.
  • ISBN: 979-3604-00-x.

Resensi Buku “Pudarnya Pesona Cleopatra”

Novel mini pertama dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”

Pada novel mini pertama ini menceritakan tentang kisah perjodohan seorang pria yang merupakan lulusan Al-Azhar Cairo, namun ternyata pria ini jatuh cinta dengan gadis mesir yang cantik seperti Ratu Cleopatara. Ternyata impiannya untuk mempersunting gadis Mesir sirna karena ibunya menjodohkannya dengan putri sahabatnya yang merpoakan gadis Jawa bernama Raihanna, meskipun tidak secantik Cleopatra namuan gadis ini hafal Al-Quran.

Waktu berganti, bulan berganti bulan, kedewasaan Raihanna dan bakti Raihanna pada suaminya ternyata tidak mampu meluluhkan hati suaminya yang masih mengidolakan kecantikan gadis Mesir. Sang pria tetap menjalani kehidupan pernikahannya dengan Raihanna sebagai wujud bakti pada ibunya.

Satu tahun pernikahannya, Raihana hamil dan tidak menyurutkan Raihana untuk tetap menjalankan kewajibannya sebagai istri yang berbakti. Karena usia kehamilan Raihana yang sudah berumur satu bulan, maka Raihana meminta izin untuk tinggal bersama ibunya sampai proses kelahiran anaknya.

Sejak Raihanna tinggal bersama ibunya, sang suami merasa terbebas, dan tetap masih mengkhayalkan dan mengharapkan bisa memiliki istri seperti wanita Mesir yang cantik dengan wajah seperti Cleopatra. Hari berganti hari, pernikahan yang dijalaninya tetap terasa hambar, dan pada suatu ketika saat melakukan perjalan dinas, seorang rekannya, Pak Agung menceritakan tentang pahitnya menikah dengan wanita Mesir, hal ini menjadikan pudarnya pesona wanita Mesir yang selalu membayanginya.

Sejak saat itu, bayangan Raihana terlintas dibenaknya, Sang suami pun segera pulang, namun betapa menyesalnya, ternyata takdir berkata lain, Raihanna dan bayi yang dikandungnya meninggal akibat pendarahan saat persalian.

Baca juga: Resensi Novel “Ayat-ayat Cinta”.

Novel mini kedua dengan judul “Setetes Embun Cinta Niyala”:

Pada novel kedua ini, menceritakan tentang kisah seorang gadis yang masih kuliah kedokteran yang dirinya sudah tergadai untuk melunasi hutang ayahnya.

Surat yang datang dari ayahnya terasa mengguncang dirinya, bagaimana tidak, surat tersebut berisi tentang keinginan Pak Haji Cosmas yang datang melamarnya untuk anaknya Roger. Yang memprihatinkan adalah Ayah Niyala tidak berdaya untuk menolaknya karena ayah Niyala terlalu banyak berhutang budi pada pak Cosmas, apalagi hutang ayahnya terhitung sangat besar sekitar Rp. 80 juta.

Terdapat alasan tersendiri mengapa Niyala berharap lamaran yang dilakukan Pak Cosmas batal, hal ini disebabkan Roger yang merupakan anak Pak Haji Cosmas adalah lelaki yang pernah akan memperkosa dirinya saat Niyala masih duduk di kelas 4 sekolah dasar.

Setelah meninggalnya ibu Niyala, Niyala akhirnya tinggal bersama Umi, tentu saja dengan harapan agar Umi mau mengasuh putrinya dan menganggapnya seperti anaknya sendiri. Dan tentu saja diantara kegalauan Niyala, juga bertepatan dengan datangnya Faiq, yang merupakan anak laki-laki Umi yang telah dianggap Niyala seperti kakaknya sendiri. Tentu saja, sebagai seorang lelaki yang memahami apa yang terjadi dengan Niyala, maka Faiq pun mendesak agar Niyala menceritakan apa yang terjadi.

Dan pada akhirnya setelah pertemuan dengan Pak Rusli Hasibuan yng merupakan ayah Niyala bersama Herman, kakak Niyala, dengan Umi dan Faiq. Akhirnya Faiq mengatakan bahwa Niyala sudah mencintai seseorang dan sudah terjalin hubungan yang sangat lama dengan seorang pria. Pria itu adalah Muhammad Faiq, dan pada saat itu juga dilangungkan pernikahan di Aula Islamic Center, Dengan mahar mushaf cantik dari Cairo, uang tunai Rp. 85 juta dan hafalan Surat Ar Rahman.

Kelebihan Novel Pudarnya Pesona Cleopatra

Seperti yang disampaikan sebelumnya, novel ini memberikan cerita yang sarat makna yang menceritakan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan dengan Islam dalam membangun jiwa menuju ke arah yang lebih baik.

Terdapat beberapa hikmah yang bisa diambil dari dua cerita mini tersebut, sebagai berikut:

Resensi Buku “Pudarnya Pesona Cleopatra”
Novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”

Pada novel mini pertama dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”, memberikan hikmah:

  • Seperti Raihanna yang mencintai seseorang walaupun bagaimanapun dirinya.
  • Sayangilah istri yang sudah menemani, apalagi seorang istri yang salehah yang menerima suami apa adanya.
  • Jangan menilai wanita dari kecantikannya saja, karena sesungguhnya kecantikan batin lebih berharga daripada kecantikan lahiriah yang sering menipu .

Pada Novel mini kedua dengan judul “Setetes Embun Cinta Niyala”, memberikan hikmah untu tetap bersabar dan selalu meminta pertolongan Alloh menjadi kunci agar masalah yang bisa dihadapi terselesaikan.

Kekurangan Novel Pudarnya Pesona Cleopatra

Sama halnya dengan novel karya Habiburrahman El. Shirazy sebelumnya, kisah dalam novel Pudarnya Peona Cleopatra ini bisa dikatakan tidak ada kekurangan. Hanya pada sesi cerita kedua yang tidak terdapat kejelasan cerita lanjutan apa yang terjadi dengan Pak Haji Cosmas dan Roger setelah Ayah Niyala sanggup membayar hutangnya.

Itu dia, sedikit resensi novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”, semoga bermanfaat, menghibur dan menginspirasi kita semua. 

Belum ada Komentar untuk "Resensi Novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel