Resensi Buku “Cracking Zone”

Ada yang menarik kali ini, tentu saja dengan informasi buku terbaik dari penulis manajemen terbaik Indonesia, yaitu Rheinald Kasali, yang menyampaikan sebuah informasi bagus tentang perubahan lanskap bisnis di Indonesia. Informasi singkat tentang buku ini juga disampaikan dalam resensi buku ”Cracking Zone” di bawah ini.

resensi-buku-cracking-zone
Buku "Cracking Zone” (Foto: facebook.com/Readme/)

Informasi buku ini juga pernah disampaikan poeresensi lainnya, yaitu Lise Mardiana yang pernah dimuat dalam Majalah Infobank No. 384. Telah diketahui bahwa perubahan di Indonesia sudah menimbulkan banyak ancaman dan tantangan, namun perubahan itu juga mampu membuka peluang bagi yang bisa melihat dan memanfaatkannya. Dan yang menjadi pertanyaan adalah siapkah menghadapi era cracking zone ini?

Informasi Buku:

  • Judul buku: Cracking Zone.
  • Penulis. Rheinald Kasali.
  • Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama.
  • Tebal buku: 356 halaman.
  • Tahun terbit: JANUARI 2011.
  • ISBN: 978-979-22-66-3-7

Resensi Buku Non Fiksi “Cracking Zone”

Sepertinya dibutuhkan suatu lompatan besar untuk bisa menyeberangi jurang yang lebar. Ancang-ancangnya pun harus jauh. Itulah pesan penting dari Rheinald Kasali, seorang guru besar Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (UI), bagi semua pelaku usaha yang akan menghadapi situasi baru di tahun-tahun mendatang, tahun yang disebut Rheinald Kasali, sebagai the cracking zone.

Cracking zone merupakan istilah untuk menggambarkan masa transisi dari era ekonomi industri menuju era ekonomi baru yang didominasi oleh perkembangan teknologi informasi dan keterbukaan informasi. 

Baca juga: Resensi Buku “The 10-Minutes MARKETER’S Secret Formula.

Pada zona itu, menurut Rheinald Kasali, pendapatan terus meningkat dengan generasi terkoneksi  (connect generation atau yang disebut dengan Gen-C) yang saling bertukar pikiran secara instan.

Selain itu, 180 juta telepon seluler (ponsel) dimiliki masyarakat dengan 50% diantaranya sudah terakses internet.

Yang menjadi pertanyaan adalah, sudah siapkah kita menghadapi zona cracking zone itu? Apa yang harus dilakukan? 

Rheinald Kasali memberikan jawabannya melalui buku dengan judul “Cracing Zone”. Pemikir sekaligus praktisi perubahan ini memberikan solusi bagaimana memetakan perubahan di abad ke-20  dan keluar dari perangkap comfort zone.

Menurut Rheinald Kasali, bangsa ini akan mengalami perubahan yang sangat besar. Dalam 10 tahun ke depan 90% dari perusahaan-perusahaan yang eksis sekarang diprediksi bakal hilang. Medan yang dilewati pun penuh dengan hambatan dan jebakan dan Rheinald menyebut hal ini sebagai “cracking”.

Dalam buku yang ke-19 nya, Rheinald mengungkapkan bahwa cracking zone, antara lain ditandai dengan empat hal, yaitu:

  1. Industri dikuasai oleh tiga atau  empat pemain besar yang mengunci pasar dengan kekuatan oligopolistisnya.
  2. Adaya kebutuhan transformatif yang ditandai dengan perubahan peta kekuatan pada salah satu pemain utama (atau pendatang baru).
  3. Adanya kapabilitas baru yang dimiliki oleh salah satu pelaku yang ditandai dengan akumulasi harta-harta tak kelihatan (intangibles), seperi teknologi, pengetahuan atau sistem manajemen.
  4. Adanya gejala-gejala ekonomi yang ditunjukkan dengan perubahan-perubahan indikator pasar, seperti populasi penduduk, pendapatan per kapita, teknologi rumah tangga, pengalihan kekuatan, perubahan aloksi, pendapatan dan perubahan perilaku konsumen yang menjadi pemicu cracking.

Di Indonesia, gejala-gejala ekonomi ini ditandai dengan adanya empat pilar besar, yaitu perolehan pendapatan per kapita Indonesia yang menyentuh US$3.000 pada  2010, meningkatnya jumlah pengguna ponsel hingga 180 juta orang dan 50% diantaranya mengakses jejaring sosial (social network capacity), menguatnya gejala freemium dalam bisnis (competition power) dan lahirnya generasi terkoneksi.

Keempat poin tersebut berpengaruh pada perilaku konsumen dan perilaku bisnis serta menghasilkan retakan yang menimbulkan volume pasar yang makin membesar. Kendati begitu, pertambahan volume tersebut hanya akan menguntungkan seorang pelaku, yaitu cracker.

Cracker yang dimaksud Rheinald Kasali adalah pemecah kode-kode perubahan. Mereka tidak menganut asas wait and see yang bisa dianut para profesional konvensional, tapi segera bertindak. Mereka melompat dengan menghentikan dengan cepat sehingga menimbulkan guncangan hebat. Oleh karena itu, menurut Rheinald Kasali, cara berpikir organisasi dan tindakan manusia di abad ke -21 harus selalu aktif: think and rethink, move and remove.

Buku ini memberikan peta baru perubahan yang berisikan patahan-patahan yang masih akan terjadi. Didalamnya berisi panduan agar pembaca bisa mejadi cracker yang andal dan siap untuk melawan kompetitor. Selain bermanfaat bagi perusahaan atau lembaga publik buku ini bisa dijadikan panduan untuk membimbing generasi mendatang agar keluar dari efek negatif.

Semoga informasi tentang resensi buku ”Cracking Zone” ini bermanfaat dan menjadi referensi untuk Anda semua. 

Belum ada Komentar untuk "Resensi Buku “Cracking Zone”"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel