Semar, Sebuah Kisah dari Sudut Eksplorasi

Siapa yang tidak kenal dengan tokoh pewayangan yang satu ini? Semar, merupakan tokoh utama dalam punakawan dalam pewayangan Jawa. Meskipun saat ini sudah jarang terlihat adanya acara wayang, apalagi sejak wabah pandemi Covid-19 melanda beberapa tahun lalu, namun setidaknya dengan adanya teknologi informasi, nama Semar tetap dikenal. Apalagi beberapa pelajaran dasar di sekolah-sekolah masih memberikan pembelajaran tentang tokoh-tokoh wayang. Kali ini kita akan melihat tokoh Semar, sebuah kisah dari sudut eksplorasi, untuk mengetahui tentang siapa dan bagaimana tentang tokoh Semar ini.

Semar, Sebuah Kisah dari Sudut Eksplorasi
Semar (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Semar dalam perwujudan wayang Jawa disebut sebagai Batara Ismaya Batara Iswara Jurudyah Punta Prasanta Semar. Sebagai tokoh penting dalam pewayangan. Semar dikisahkan sebagai seorang pengasuh dan juga sebagai penasihat para ksatria dalam pementasan cerita Mahabharata dan Ramayana. Yang menarik , nama Semar dalam seorang tokoh penting tidak akan ditemukan dalam naskah asli  bahasa Sansekerta, karena Semar adalah murni ciptaan pujangga Jawa.

Wujud Asli Semar

F. Widyanto seorang perupa lulusan ITB yang pernah menggelar pameran tunggalnya beberapa tahun lalu dengan judul “Semarak 30 Semar”, mengatakan bahwa ‘Semar’ dalam mitologi Jawa menduduki posisi yang unik. Sosok sederhana ini dikatakan lebih senior daripada semua dewa penghuni Jonggring Salaka.

Begitu pula dalam sebuah panggung, Semar menempati posisi yang istimewa di alam budaya dan kesadaran orang Jawa. Menurut Widyanto, di balik figur sederhana dan bersahaja, tersembunyi kemuliaan  dan kebesaran jiwa yang rendah hati.

Baca juga: Serat Centhini.

Bahkan menurut Prof. I.R. Poedjawijatna, seorang dosesn filsafat di Universitas Indonesia dan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara yang juga ayah dari Widyanto ini menyampaikan bahwa “Semar adalah sosok yang dihormati , kalau Semar yang hanya manusia biasa ini memanggil para dewa dengan namanya, sementar a para dewa menyapa Semar dengan sebutan Kakang.”

Berbicara tentang wujud Semar, menjadi sebuah kata yang bisa dikatakan sulit, apalagi arti kata sendiri adalah smar atau misteri. Wujud asli Semar didapat dari olah wayang ukur ciptaan Ki Sukasman. Dalam seri wayang ukur buatan Ki Sukasman, Semar ditampilkan dengan bermacam-macam ekspresi tanpa meninggalkan peran universal Semar, yaitu mengadi, bersahaja, dan memimpin tanpa menggurui.

Ciri-ciri fisik Semar menurut wayang ukur ala Ki Sukasman adalah dengan mata beyes (berair), jambul, pusar bodong dan muka pucat.

Kesaktian Semar

Dan sosok Semar adalah sosok yang luar biasa, Semar yang hanya abdi Pandawa itu, cukup dengan kentut bisa membuat musuhnya pontang panting. Di satu sisi wibawanya sanggup menundukan para dewa, namun perilaku dan gayanya begitu santai.

Semar (yang muncul hanya dalam pewayangan  versi Jawa) ditugaskan turun ke bumi untuk membimbing manusia. Mengayomi dunia, buktinya Semar mengayomi dunia dalam kisah Harjuna Sastra dimana Semar mengabdi pada Sumantri, sedangkan dalam kisah Ramayana, ia melindungi Hanuman.

Semar adalah sosok dewa dengan wibawa besar, tapi ia juga rakyat jelata  yang lucu dan santai. Ia juga punakawan yang melayani, tapi kata-katanya juga digugu (dituruti) oleh para raja dan bangsawan dan juga para dewa.

Kata ‘Semar’ berasal dari kata smar (samar atau misteri). Menurut pakar wayang Sri Mulyono mengatakan bahwa Semar adalah “samar, gaib, tak dapat dilihat dengan mata, tak dapat dirupakan, tak ada yang setara, tak ada persamaan apa pun dengan apa yang kelihatan di dunia ini.”

Semar pada hakekatnya adalah Sang Pamomong  karena tugasnya momong  (mengasuh anak). Semoga informasi tentang  tokoh Semar, sebuah kisah dari sudut eksplorasi ini bermanfaat dan menambah pemahaman kita tentang tokoh Semar dalam pewayangan.

Belum ada Komentar untuk "Semar, Sebuah Kisah dari Sudut Eksplorasi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel