Kegemukan dan Diet

Dua kata ini “kegemukan dan diet” memang sangat menarik untuk dibahas. Apalagi di era seperti saat ini yang semuanya bisa didapatkan dengan mudah karena kemudahan teknologi. Bahkan dengan munculnya berbagai aplikasi melalui ojol (ojek online) membuat kita selalu tegoda untuk mencari makanan enak, apalagi tinggal pencet tombol, pilih, bayar dan makanan yang diinginkan sudah langsung diantar.

Ide bahasan kali ini tidak lepas dari pembahasan yang dibahas oleh dr Tan Shot Yen dalam Rubrik Konsultasi Kesehatan yang pernah dimuat dalam Tabloid Nyata, yang saat itu membahas tentang kegemukan dan diet yang terjadi seorang gadis usia 19 tahun dengan berat badan 70 kg. Hal ini menjadi sangat menarik.

Tips Mengatasi Kegemukan

Terdapat pertanyaan menarik yang disampaikan penanya pada dr Tan, antara lain: saat itu dirinya (penanya) memiliki berat 70 kg dengan tinggi 162 cm. Saat bayi, penanya mengatakan bahwa dirinya sangat kurus, meskipun sering diberikan berbagai macam vitamin penambah nafsu makan, namun tetap tidak bisa gemuk.

Setelah rutin mengonsumsi susu, berat badannya semakin bertambah, namun kebiasaan minum susu ini berhenti pada umur 10 tahum. 

Kegemukan dan Diet
Ilustrasi (Foto: lifesaverser)

Saat itu setelah mulai masuk sekolah (saat itu SMP), dirinya mulai minder dan mulai menjaga pola makan, yang dikurangi menjadi dua kali, sampai akhirnya hanya satu kali sehari (hanya makan siang saja) dengan porsi yang sedikit dan sayur yang banyak. Saat pagi hari hanya minum air putih dan segelas jus wortel/ tomat/ apel. Saat lapar di luar jam makan, dia hanya mengonsumsi buah. Dan tidak mengonsumsi gula dan juga mengurangi garam.

Untuk olahraga, hanya lari 5 kali sehari, dan terkadang puasa Senin - Kamis. Berat badannya sempat turun dari 75 kg ke 57 kg. Dan yang sedih saat menghadapi ujian sekolah, dia melupakan olahraga, dan berat badan pun naik.

Dua tahun lalu, dia mulai menerapkan pola hidup sehat seperti dulu lagi. Namun untuk lari diganti dengan senam seminggu 4 kali dan renang seminggu 2 kali

Yang menjadi pertanyaan dan ditujukan pada dr Tan, adalah:

  1. Apakah perubahan fisik tersebut efek pemberian vitamin dan susu saat masih kecil?
  2. Apakah benar diet harus melihat golongan darah?
  3. Bagaimana pola makan dan pola diet yang benar menurut dr Tan?
  4. Buah dan sayur apa saja yang baik untuk diet?
  5. Mengapa harus menghindari sayur yang dimasak dan juga nasi harus dihindari?
  6. Dari manakah sumber protein yang baik bagi orang diet?

Pembahasan:

Kasus yang terjadi seperti diatas merupakan masalah tipikal bagi orang yang selalu bermasalah dengan berat badan, namun tidak memiliki referensi yang jelas tentang asupan nutrisi yang sehat dan pada saat bersamaan mendapat begitu banyak nasehat dari luar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Tentang istilah kurus dimasa kecil sepertinya harus mendapat pembenahan. Prinsip umum berat badan bayi atau anak adalah 2 kali berat badan lahir ketika usia 6 bulan. 3 kali berat badan lahir saat usia 1 tahun dan selanjutnya hingga usia 12 tahun dengan menggunakan rumus umum, yaitu 2n+8, dimana n adalah variabel untuk umur, maka bila anak usia 5 tahun, maka berat badannya diharapkan sekitar 2 x 5 + 8 = 18 kg.

Hitungan tersebut hanyalah patokan umum. Anak yang mempunyai berat badan cukup namun berasal dari keluarga jangkung, biasanya akan nampak kurus di saat usia sekolah dasar. Apalagi ia sangat aktif, banyak kegatan menguras tenaga, seperti olahraga dan permainan anak-anak seumurnya.

Baca juga: Makanan Nol Kalori untuk Program Diet.

Tentang masalah susu, dr Tan sudah pernah membahas susu selain ASI sebagai salah satu ‘salah kaprah’ dunia teknologi pangan yang sarat muatan ekonomis politis, yang pada akhirnya membuat seorang balita dan anak tumbuh ‘berisi’ bukan berarti dijejali susu dan menjadi gemuk secara tak ajar.

Masih ingat dengan artikel yang dimuat dalam The Jakarta Post tanggal 19 Mei 2004 dengan judul ‘Study: Milk may worsen cholesterol profile’, yang dituliskan dengan jelas, teori pertumbuhan badan dan peningkatan berat badan yang pesat saat usia dini akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke di kemudian hari.

Pernyataan tersebut didukung oleh Thomas E. Levy, MD dalam bukunya, Optimal Nutrition for Optimal Health edisi tahun 2001: Milk a god food made toxic, yang dipaparkan mendalam mengapa semua proses di pabrik membuat susu menjadi kehilangan nilai gizinya.

Bahkan pasteurisasi membuat kecepatan penyerapan gula meroket (gula disebut laktoda dan gula dalam bentuk lain, dan penambahan galaktosa apabila produsen susu menambahkan gula lain), dengan demikian menjadi salah satu konstribusi penyebab penyakit jantung dan kegemukan.

Menjadi suatu kebohongan besar, apabila dikatakan susu ‘tanpa gula’. Karena susu itu sendiri sudah mengandung gula. Belum lagi proses homogenisasi dan manipulasi hormonal dari sapi yang memproduksi susu tersebut.

Proses sterilisasi juga menyebabkan gangguan penyerapan kalsium susu. Kalsium tersebut (non-bioavailable calcium) diserap dan terakumulasi di tempat-tempat yang salah di sekujur tubuh, sebut saja di pembuluh darah, terutama pembuluh darah jantung (koroner) yang menyebabkan pengerasan dan penyempitan pembuluh darah tersebut.

Hal tersebut didukung dari hasil konvensi dunia (Worl Breastfeeding Week, 1-7 Agustus 2006) yang ditulis Elisabeth Sterken, BSc, MSc (Nutritionist INFACT Canada/North America), yang menyebutkan, susu (bukan ASI) akan meningkatkan risiko asma, alergi, penurunan perkembangan kecerdasan, risiko infeksi saluran napas atas, kekurangan nutrisi yang tidak didapatkan dalam susu non ASI, risiko kanker masa anak, penyakit kronik, diabetes, infeksi pencernaan, radang telinga, risiko semua efek samping akibat penambahan zat yang tidak semestinya dalam susu bubuk atau cair yang merupakan tambahan unsur-unsur pertumbuhan yang tidak berasal dari sumber aslinya (yaitu ASI) dan tidak sesuai julah sebenarnya yang dibutuhkan.

Baca juga: Tempe dan Keajaiban Didalamnya.

Semua takaran penambahan zat yang menjadi iming-iming promosi hanya perkiraan ilmu manusia yang bekerja untuk teknologi pangan.

Bovine Growth Hormone (hormon pertumbuhan sapi yang mempercepat penggemukan sapi dan membuat peternak untung) yang diberikan pada sapi memberi pengaruh pada generasi manusia yang mengonsumsinya. Karena akan tetap aktif dalam tubuh manusia, tidak dapat dipecah dalam lambung, tidak mampu dirusak oleh pasteurisasi. (Bisa dibaca dari: Juskevich,J and G. Guyer. Bovine Growth Hormone: Human Food Safety Evaluation. Science 249, no, 4971 (1990): 875-884).

Begitu pula dengan pakan sapi (meat bone meal) dengan risiko pembentukan protein asing pada sapi (prion) yang menjadi cikal bakal mad cow.

Tentang mengurangi frekwensi makan adalah tindakan yang sangat salah dalam ksehatan, apa pun tujuannya, apalagi untuk menurunkan berat badan. Mengapa? Karena efeknya makin membuat badan bertambah. Bayangkan saja tubuh dipuasakan dalam hitungan di atas 5 sampai 6 jam, yang menyebabkan gula darah turun serendah-rendahnya. Ketika Anda makan, gula darah langsug melejit dan insulin mengejar habis-habisan untuk menjaga agar Anda tidak jatuh dalam kelebihan gula darah (atau kalau sudah jadi penyakit: Diabetes).

Ketika insulin menekan gula inilah, ia kerepoatan mencari depotnya. Depot yang paling longgar dan mampu direntang sebesar-besarnya adalah jaringan lemak. Yang membuat Anda semakin kacau justru banting stir yang salah, yaitu dengan mengonsumsi buah. Sedangkan semua buah mengandung 70% frukstosa alias gula.

Benar buah mengandung serat, tapi semakin manis, legit, berair membuat kadar gula Anda makin tinggi apalagi tidak ada protein dan lemak (dalam bentuk lauk) yang menahannya.

Saat berat badan turun dari 75 kg ke 57 kg dengan pola makan yang salah dan disiksa lari 1 jam 5 kali sehari ditambah puasa Senin Kamis, membuat dr Tan makin yakin, bahwa turunnya berat badan semata-mata karena malnutisi dan penderitaan tubuh yang didera namun sangat kekurangan asupan gizi. Tidak mungkin orang bertahan dengan cara hidup seperti itu. Dan terbukti akhirnya Anda mengalami fase yo-yo, yaitu berat badan kembali merayap naik dengan mengerikan.

Untuk itu buanglah istilah diet. Tidak ada diet atau pantang. Hal ini membuat kesengsaraan mendalam dan secara emosional alam bawah sadar Anda terus berontak dan dikuasai banyak godaan. Yang harus dipahami adalah jangan terpengaruh figur publik. Apa yang baik bagi orang lain, belum tentu denikian baik bagi Anda!

Menuurt dr Tan, dr Tan sendiri tidak pernah menciptkan pola makan tertentu. Semua hanya berdasarkan pengetahuan yang jujur bebas kepentingan teknologi dan promosi dagang seutuh-utuhnya menurut apa yang dibutuhkan tubuh manusia sesuai alam kodratnya, bukan dalih-dalih drama budaya (seperti alasan kebiasaan makanan pokok tertentu, padahal apa yang dimakan hari ini sudah melenceng jauh dari yang sebenarnya dikonsumsi pada awal mula manusia mengenal budaya seni memasak).

Jadi yang terpenting adalah jadilah sehat hingga ke tiap sel yang Anda miliki. Bahwa dalam proses menjadi sehatnya sel Anda, tubuh mengalami berbagai penyesuaian (termasuk mengkondisikan kembali ke berat badan ideal) itu hanyalah efek samping yang sangat menyenangkan.

Kemudian, pahamilah dasar pengertian ‘makanan manusia’ yang setiap kali makan harus mengandung cukup 3 nutrien ini bersamaan. Karbohidrat baik, lemak baik, protein baik. Karbohidrat terbaik adalah sayur dan buah dalam kondisi belum dimasak. Mengapa? Karena enzim yang belum rusak kena panas selain memberikan energi yang cukup, memperpanjang umur dengan cara tidak membebani tubuh untuk memboroskan enzim dan hormon yang digunakan untuk memperbaiki jaringan yang rusak/sakit/sudah waktunya dijaga agar tidak keropos.

Karbohidrat lain yang biasa dikonsumsi, seperti gula (dan turunannya, termasuk gula pasir, kecap manis, saos tomat, madu), terigu (mi, roti, kue, biskuit, bakpao, kulit siomay/pangsit,donat), beras (nasi, bubur, ketupat, ketan) adalah karbohidrat paling buruk, karena kurang dari dua jam membuat kadar gula meroket dan bersifat asam (hasil metabolismenya, bukan rasa di lidah) semakin merusak jaringan tubuh.

Setiap kali makan (baik sarapan, makan siang maupun malam) Anda bisa mengonsumsi karbohidrat baik dalam bentuk aneka lalap sepiring penuh (berbagai jenis selada, timun, tomat, sambal tauge mentah, kacang panjang, kemangi terong lalap, paprika, daun poh-poh-an, dan lain-lain) dan buah (cukup separuh alpukat atau pir atau apel).

Protein dan lemak yang baik sebagai lauk, seperti berbagai olahan ikan, ayam tempe, oncom dalam pepes berbumbu, sup atau soto (tanpa lemak, tanpa oseng), tim, atau diolah secara tradisional (seperti digarang asem, arsik, pangeh, pesmol). Tidak sulit, sangat nikmat, dan memang itulah makanan manusia sebenarnya. Dengan pola makan teratur dan sehat, Anda sama sekali tidak membutuhkan snack (cemilan).

Dr Tan juga tidak mempercayai adanya diet menurut golongan darah. Seorang dengan golongan darah A misalnya (diet ini ditentukan menurut warisan golongan darah sesuai latar belakang kerja tubuh), karena nenek moyangnya adalah petani dan kelompok manusia yang bercocok tanam maka dianjurkan lebih banyak mengonsumsi padi-padian, gandum, serealia, dan sebagainya.

Dan bagaimana kalau bentuknya nasi liwet putih nan gurih, pizza, donat? Sereal yang bersalut gula? Bagaimana jika si golongan darah A ini ternyata penderita diabetes? Tentunya sangat mengerikan.

Begitu pula misalnya golongan darah O dengan riwayat keturunan pemburu, dianjurkan mengonsumsi lebih banyak daging dan produk olahannya. Nah bagaimana ternak kita dibesarkan, apa pakannya? Bila benar nenek moyangnya memiliki golongan darah O adalah pemburu yang sigap naik gunung, kuat bertempur melawan alam, tapi keturunannya di tahun 2009 ternyata pegawai kantor yang lebih banyak duduk, apakah ia pun harus mengikuti gaya makan nenek moyangnya?

Maka hiduplah penuh kegembiraan sesuai jalur fitrah manusia, bergeraklah yang wajar, bermainlah dengan segenap hati. Semoga informasi tersebut diatas tentang kegemukan dan diet bermanfaat dan menjadi referensi untuk Anda yang ingin menjalani hidup sehat dengan benar.

Belum ada Komentar untuk "Kegemukan dan Diet"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel