Resensi Buku “Mastering the VC Game”

Bisnis, investasi dan modal menjadi satu kesatuan yang dibutuhkan dalam kehidupan bisnis. Tentunya ada yang menairk kali ini, yang berhubungan dengan kebutuhan modal, salah satunya yang disampaikan dalam resensi buku “Mastering the VC Game”, salah satu isinya berkisar tentang bagaimana cara praktis bisa menarik modal.

resensi-buku-mastering-vc-game
Buku “Mastering the VC Game” (Foto: jeffbussgang.com)

Catatan tentang buku ini juga pernah disampaikan oleh Rinny, seorang konsultan sebuah perusahaan asing yang juga menyampaikan hal sama tentang bagaimana sebuah perusahaan bisa menarik modal.

Informasi Buku:

  • Judul: Mastering the VC Game.
  • Penulis: Jeffrey Bussgang.
  • Penerbit: Portfolio, 2010.
  • Tebal buku: 246 halaman.

Resensi Buku Non Fiksi “Mastering the VC Game"

Apa yang menjadi persamaan antara perusahaan-perusahaan besar yang saat ini merajai dunia bisnis, seperti Amazon, Google, Facebook, Apple, Microsoft, Twitter atau pun Starbucks? Bisnis yang digawanginya semuanya sukses. Tetapi ada satu hal yang jarang diketahui masyarakat, persamaan dari kunci sukses dalam pengembangan bisnisnya, yaitu didanai modal ventura (venture capital atau biasa disebut dengan VC) pada awal pembangunan bisnis.

Jeff Bussgang penulisnya adalah seorang yang pernah menggawangi start-up entrepreneur dengan dukungan VC yang kemudian beralih kuadran menjadi seorang VC. Tentu saja yang disampaikan berada dalam dua pandangan berbeda, yaitu dari sisi entrepreneur yang mencari modal dari venture capital dan dari venture cepital yang akan memberikan modalnya pada entrepreneur.

Baca juga: Resensi Buku “Adversity Quotient”.

Dan faktor utama dan sangat penting dalam menarik dana adalah dari sisi passion. Menurut Jeff Bussgang semua entrepreneur sukses pasti memulainya dari passion, dan tentu saja uang tidak penah menjadi faktor utama.

Yang harus diperhatikan, bahwa seorang entrepreneur yang mencari dana venture capital biasanya ingin menciptakan sesuatu yang belum pernah ada, bahkan modelnya juga belum ada sama sekali.

Sebagai contoh dalam hal ini adalah Dr. Christopher Westphal berhasil  menarik dana US$ 5 juta untuk mendirikan Sirtris dengan keyakinan akan dapat memperpanjang usia manusia. Maka untuk mempersingkat waktu risetnya, dia dan timnya tidak ragu-ragu menguji 6 formula ke dalam tubuhnya sendiri.

Twitter didirikan Jack Dorsey karena passionnya untuk memetakan pergerakan manusia dan peristiwa secara real time. Begitu pula dengan Reid Hoffman yang menggunakan uang hasil penjualan PayPal untuk mendirikan LinkedIn, karena pasionnya untuk menghubungkan manusia guna meningkatkan aktivitas profesional dan kehidupan.

Maka entrepereneur yang sukses adalah mengenai passion, impian dan mengubah dunia. Oleh karena itu, entrepreneur akan berpaling ke VC untuk modal dan nasihat bisnis.

VC akan membiayai perusahaan dengan ide dan terobosan yang memiliki potensi untuk mengubah permainan bisnis yang sudah ada, namun butuh dana segar dan sangat besar untuk memulainya.

Setiap VC pasti memiliki model investasinya sendiri, ada yang khusus investasi di perusahaan yang baru dimulai dengan kebutuhan dana yang sangat kecil dan ada yang mengkhususkan diri di perusahaan start-up dengan dana yang sangat besar.

Selain itu, VC juga memiliki industri “sweet spot”, yaitu industri khusus yang menjadi kesukaan dan keahlian mereka. Kuncinya, kenalilah model investasi VC agar efektif dalam mendekati mereka. Sedangkan formula untuk menghimpun dana yang sukses adalah “Sweet spot + compelling vision + right people”.

Bahkan pada Bab 4, When the Dog Catches the Bus, yang membahas dengan detail sisi teknis perjanjian denegan venture capital. Kedua belah pihak mulai mengalami ujian pertama pada saat menegosiasikan term sheet. Dari sisi entrepreneur, negoisasi bisa diibaratkan negoisasi untuk merekrut seorang bos atau pimpinan yang tidak akan pernah bisa dipecat. Memilih VC yang tepat dengan term yang fair, yang berarti mendapatkan angin di belakang yang akan mendorng kita untuk fokus lebih cepat serta membantu untuk fokus pada tantangan bisnis dan penciptaan nilai.

Setelah terjadi deal, VC ini kemudian menjadi bagian dari napas perusahaan. Secara umum, maka VC yang bagus harus memiliki tiga karakter, yaitu ahli di bidang tersebut, penyemangat dan pemberitahu fakta.

Dalam menjalankan aktivitas bisnis, maka seorang entrepreneur harus mengikuti aturan 80/20, maksudnya 80% dari waktunya dihabiskan untuk menjalankan bisnis dan 20% untuk memikirkan langkah selanjutnya. Selain itu entrepreneur juga harus terbuka untuk nasihat dari luar serta mengumpulkan pandangan yang smart dan juga beragam untuk membentuk pemikirannya sendiri.

Pada dasarnya prinsip dasar dalam buku ini bisa diaplikasikan secara universal dalam usaha menarik modal, atau pun dalam keputusan berinvestasi di bisnis lainnya sekiranya memiliki modal dan kesempatan.

Semoga informasi tentang resensi buku “Mastering the VC Game” ini bermanfaat dan bisa menjadi masukan untuk Anda yang sedang mencari modal untuk perusahaan.

Belum ada Komentar untuk "Resensi Buku “Mastering the VC Game”"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel