Tips Dalam Pemberian Kredit Modal Kerja Dengan Melihat Analisis Rasio Laporan Keuangan Calon Debitur

Secara umum bagi kebanyakan orang pasti merasa bahwa pemberian kredit merupakan pekerjaan yang mudah  dan banyak orang yang mampu melakukannya. Namun patut diketahui untuk menarik kredit macet atau kredit bermasalah dari peminjam dibutuhkan keahlian, pengalaman serta waktu dan biaya yang cukup besar.

Dengan melihat hal tersebut maka salah satu cara untuk meminimalisir risiko dalam pemberian kredit oleh bank adalah dengan menggunakan analisis laporan keuangan calon debitur sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian kredit bank.

Bank sangat berkepentingan dalam laporan keuangan perusahaan dalam rangka memperoleh informasi keuangan sebagai salah satu alat untuk pengambilan keputusan dalam memberi atau menolak permohonan kredit calon nasabah.

Tujuan utama bank mengevaluasi kondisi keuangan calon debitur adalah menghasilkan keuntungan, struktur pendanaan operasi perusahaan, kemampuan calon debitur melunasi pinjaman yang jatuh tempo dan efisien dalam pengelolaan harta perusahaan pada masa lalu. Hasil evaluasi kondisi keuangan tersebut merupakan  bahan masukan penting untuk mengantisipasi kemampuan calon debitur melunasi kredit yang mereka minta saat jatuh tempo, Sutojo (1997:115).

Tips Dalam Pemberian Kredit Modal Kerja Dengan Melihat Analisis Rasio Laporan Keuangan Calon Debitur
Sumber gambar: Canva-designer491

Dengan melihat kondisi tersebut, salah satu cara untuk meminimalisasi risiko dalam pemberian kredit adalah dengan menggunakan analisis laporan keuangan calon debitur sebagai pertimbangan dalam pemberian kredit bank.

Analisis laporan keuangan yang merupakan bagian dari analiasis kuantitatif meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, rasio aktivitas dan profitabilitas pada laporan keuangan.  Tujuan dari analisis tersebut adalah agar bank mempunyai keyakinan atas kemampuan debitur untuk membayar (ability to pay) dan keyakinan atas kesanggupan debitur untuk membayar (willingness to pay). Hal ini mengingat cash flow  debitur merupakan first way out dalam pengembalian kredit.

Dari sini dapat kita lihat bahwa bank akan memberikan kredit jika yakin bahwa calon debitur akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang disepakati oleh bank dan calon debitur.

KMK – Kredit Modal Kerja

Terdapat 2 jenis modal kerja yang dibutuhkan suatu usaha, yaitu modal kerja musiman dan modal kerja berjangka. Kredit modal kerja dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Bank Overdraft.
Bank Overdraft ini sangat membantu bagi para calon debitur untuk menutup kebutuhan dana tunai guna membiayai kegiatan operasi bisnis yang berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Jumlah  plafon kredit yang disediakan akan disesuaikan dengan jumlah perkiraan kebutuhan dana modal kerja pada saat kegiatan bisnis perusahaan calon debitur mencapai puncak.
2. Kredit Modal Kerja Berjangka.
Kredit modal kerja berjangka yang sangat populer adalah kredit jangka pendek yang jangka waktu kreditya maksimal satu tahun.

Laporan Keuangan

Laporan keuangan berdasarkan SAK (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan 2004:2) merupakan bagian dari proses laporan keuangan.

Komponen laporan keuangan berdasarkan PSAK, terdiri atas:
1. Neraca.
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva (harta kekayaan yang dimiliki perusahaan), hutang (kewajiban perusahaan kepada pihak lain pada waktu tertentu), serta modal dari perusahaan pada saat tertentu (kelebihan aktiva atas modal). Neraca bersifat statis dan mencerminkan kondisi pada tanggal pembuatannya. Neraca juga bersifat kumulatif, yaitu menyajikan akibat dari semua keputusan dan transaksi yang telah terjadi dan telah dipertanggungjawabkan sampai dengan tanggal pembuatannya.
2. Laporan Laba Rugi.
Laporan Laba Rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, laba rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu dan pos-pos insidental atau pos-pos luar biasa.
Dari Laba Rugi ini dapat diketahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan modal ini sering ditunjukkan sebagai konektivitas antara Laporan Laba Rugi dan Neraca.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas yang berguna untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan sebuah penjelasan tentang rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan.

Analisis Laporan Keuangan

Analisis rasio keuangan adalah salah satu cara untuk menganalisis laporan keuangan, analisisi ini dilakukan dengan membuat perbandingan antar pos yang relevan sehigga didapatkan nilai yang menggambarkan prosentase yang akan membantu untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan perusahaan serta dapat untuk mengukur kinerja perusahaan dengan membandingkan rasio-rasio pada periode sebelumnya.

Terdapat rasio keuangan yang diperhatikan oleh pembiayaan (bank) dalam proses pemberian kredit modal kerja:

a. Rasio Likuiditas

Merupakan kemampuan perusahaan untuk dapat membiayai ongkos produksinya sehingga kontinuitas produksi terjamin. (Moekijat, 1990:280)

Rasio likuiditas ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya yang berarti perusahaan dalam kondisi likuid dan perusahaan dapat dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun  aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancar atau hutang jangka pendek perusahaan.

Beberapa rasio likuiditas, yaitu:

  • Current Ratio
Merupakan kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dapat dipenuhi dengan aktiva lancar. Dengan rumus:

Current Ratio

  • Quick Ratio (Acid Test Ratio).
Merupakan kemampuan untuk dapat membayar hutang yang harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Dapat dinyatakan dengan rumus:

Quick Ratio (Acid Test Ratio)

  • Cash Ratio
Menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dibayar dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan surat berharga yang dapat segera diuangkan. Rasio ini dapat disampaikan dengan rumus:

Cash Ratio


  • Working Capital to Total Assets
Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membiayai aktiva yang ada dengan modal kerjanya. Rasio ini dapat dinyatakan dengan rumus:

Working Capital to Total Assets

b. Rasio Solvabilitas
Merupakan kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban jangka panjang maupun kewajiban jangka pendek. (Winardi, 1996:446).

Terdapat 2 (dua) rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas ini:

  • Debt to Total Asset Ratio
Menunjukkan sejauh mana perusahaan dapat menutupi hutang dengan aktiva yang dimiliki atau berapa porsi hutang sebanding dengan aktiva, berarti semakin kecil nilai rasio hutang atas aktiva maka akan semakin aman (Harahap, 1998:16). Rasio ini dapat disampaikan dengan rumus:

Debt to Total Asset Ratio

  • Debt to Equity Ratio
Rasio ini menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutangnya kepada pihak luar atau sebagai perbandingan antara dana pihak luar dengan dana pemilik perusahaan yang dimasukkan ke perusahaan (Jusuf, 2007:55)


c. Rasio Aktivitas
Rasio ini menunjukkan segala keseluruhan kegiatan baik penjualan, pembelian, maupun kegiatan lainnya.

Dalam tulisan ini rasio yang dibahas hanya 3 rasio, yaitu:
  • Receivable Turn Over
RTO menunjukkan berapa kali piutang dagang perusahaan berputar dalam satu tahun. Semakin tinggi perputaran piutang dagang, menunjukkan bahwa penagihan piutang dagang dilakukan secara tepat, sehingga dapat memperkecil risiko terjadinya piutang yang tidak tertagih. Warren, Reeve dan Frees (2002:659), rumus Receivable Turn Over:


  • Inventory Turn Over
ITO digunakan untuk mengukur apakah perusahaan terdapat kelebihan persediaan dan apakah perusahaan menjual persediaannya dalam waktu yang lebih lambat dibandingkan rata-rata perusahaan lain di industri yang sama atau dengan kata lain inventory turn over digunakan untuk mengukur berapa kali rata-rata persediaan terjual selama satu periode tertentu. Menurut Warren, Reeve dan Frees (2002:659), rumus Inventory Turn Over:


  • Working Capital Turn Over
Adalah suatu kemampuan modal kerja dalam satu siklus. WCTO dirumuskan sebagai berikut:

Working Capital Turn Over

d. Rasio Profitabilitas
Rasio ini ini menunjukkan tentang laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan jumlah modal tertanam dalam perusahaan yang bersangkutan dengan tidak membedakan apakah modal tersebut merupakan kekayaan sendiri seperti modal saham atau pun kekayaan asing, seperti kredit pada bank dan obligasi yang terdapat pada perusahaan (Moekijat, 1990:471).

Rasio yang dibahas dalam pembahasan kali ini:
  • Net Profit Margin
Menunjukkan keuntungan bersih per rupiah penjualan, dirumuskan sebagai berikut:

Net Profit Margin

  • Gross Profit Margin
Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) menunjukkan berapa persen keuntungan yang dicapai dengan menjual produk. Dapat dinyatakan dengan rumus:

Gross Profit Margin

  • Operating Profit Margin
Adalah rasio yang menunjukkan tingkat keutungan yang diperoleh perusahaan tanpa memperhitungkan pajak dan bunga, yang dirumuskan dengan:


e. Rasio Coverage
Rasio Coverage atau Repayment Capacity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur baik yang berupa bunga pinjaman maupun pokok pinjaman. Terdapat  dua rasio yang digunakan:
  • Interest Coverage Ratio
Adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan maksud semakin tinngi ICR semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjamannya, dengan rumus:


  • Debt Service Ratio
Adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar angsuran pokok pinjaman. Dalam arti semakin besar DSR semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar angsuran pokok pinjamnnya, dengan rumus:

Debt Service Ratio


Tips Pemberian/ Penyaluran Kredit Modal Kerja dengan Melihat Analisis Laporan Keuangan
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa sebelum pihak bank/ lembaga pembiayaan memutuskan untuk memberikan kredit modal kerja kepada calon debitur, maka sebelumnya bank akan melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan calon nasabah. Hasil dari evaluasi dari kondisi keuangan tersebut akan dijadikan sebagai bahan masukan yang sangat penting dalam mengantisipasi kemampuan calon debitur untuk melunasi kredit pada saat jatuh tempo.

Untuk melakukan perhitungan dan analisa terhadap modal yang akan diberikan kepada calon nasabah, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan:
  1. Pertumbuhan penjualan dengan memproyeksikan penjualan berdasarkan penjualan periode sebelumnya.
  2. Days of Receivable (DOR) atau Receivable Turn Over (RTO), yang dirumuskan dengan piutang dagang dibagi penjualan dikalikan hari. 
  3. Days of Inventory (DOI) atau Inventory Turn Over (ITO), yang dirumuskan persediaan dibagi harga pokok penjualan dikalikan hari.
  4. Days of Payable (DOP) dengan rumus piutang dagang dibagi harga pokok penjualan dikalikan hari.
  5. Kas yang tersedia pada periode sebelumnya dan kebutuhan kas minimum.

Selain beberapa hal diatas, yang juga perlu menjadi perhatian bagi analis dan marketing kredit dalam menghitung kebutuhan Kredit Modal Kerja, yaitu:
  1. Terdapat beberapa pendekatan perhitungan kebutuhan modal kerja yang telah diatur oleh bank dan lembaga pembiayaan itu sendiri.
  2. Biasanya besar sharing dana sendiri bagi calon debitur untuk pemberian Kredit Modal Kerja minimal sebesar 30% dari proyeksi kebutuhan modal kerja.

Dari uraian diatas, dengan melihat rasio-rasio atas analisis laporan keuangan, terdapat beberapa pedoman, yang mungkin bisa dijadikan pegangan bagi analis dan pemasar kredit dalam rangka pemberian Kredit Modal Kerja, antara lain:
  • Profit margin tahun ini harus lebih besar dari tahun sebelumnya.
  • ROA tahun ini lebih besar dari tahun sebelumnya atau ≥ 50%.
  • NWC bernilai positif.
  • Harus diperhatikan tentang DOI dan DOR, lebih besar atau lebih kecil harinya dari laporan keuangan sebelumnya.
  • Untuk Current Ratio > 140%.
  • Quick Ratio > 35%.
  • WCTO (Working Capital Turn Over) harus bernilai positif.
  • DER (Debt to Equity Ratio) ≤ 233%.
  • ICR (Interest Coverage Ratio) > 150%.

Semoga tulisan tentang "Tips Dalam Pemberian Kredit Modal Kerja Dengan Melihat Analisis Rasio Laporan Keuangan Calon Debitur" ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Belum ada Komentar untuk "Tips Dalam Pemberian Kredit Modal Kerja Dengan Melihat Analisis Rasio Laporan Keuangan Calon Debitur"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel