Saat Ujian dan Musibah Melanda

Hidup adalah sebuah perjalanan, kadang naik kadang turun, kadang sehat, kadang sakit. Semua orang di dunia ini pasti mengalaminya, begitu pula ujian yang datang, semua orang pasti pernah merasakannya. Katanya, seseorang yang diberikan ujian dalam hidupnya akan diangkat derajatnya oleh Alloh SWT, untuk itulah saat ujian dan musibah melanda, yang perlu dilakukan adalah selalu berlapang dada dan bersabar.

Hakikat Kesabaran

Sabar secara bahasa berarti mencegah atau menahan, sedangkan menurut syariat, sabar berarti menahan jiwa dari rasa keluh kesah, menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota badan dari menampar-nampar pipi, merobek-robek pakaian atau pun ungkapan-ungkapan kesedihan lainnya.

Jenis-jenis Kesabaran

Ditinjau dari obyeknya, maka kesabaran itu terbagi menjadi 3, yaitu:

  • Sabar dalam melaksanakan perintah-perintah Alloh.
  • Sabar dalam meninggalkan larangan-larangan Alloh.
  • Sabar terhadap musibah-musibah yang ditakdirkan Alloh SWT.

saat-ujian-dan-musibah-melanda
Ilustrasi musibah gempa di Turki (Foto: k2radio.com)

Ditinjau dari sisi yang lain, maka sabar dibagi menjadi dua, yaigu:

  • Sabar ikhtiyari (dapat memilih). 

Yang termasuk jenis sabar ini adalah sabar terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Alloh, karena pelakunya dapat memilih dan mengusahakannya.

  • Sabar Idhthiroori (tidak ada pilihan lain).

Yang termasuk dalam sabar ini adalah sabar terhadap musibah, karena pelakunya tidak memiliki pilihan selainnya. Maksudnya, saat mendapatkan musibah, maka tidak ada pilihan lain bagi dia kecuali harus bersabar. Apabila tidak bersabar, maka dia justru mendapat dua kerugian, yaitu musibah itu sendiri dan tidak mendapat pahala dengan musibah tersebut.

Baca juga: Tips agar Ibadah Diterima Alloh SWT.

Sabar yang pertama lebih utama dari pada jenis sabar yang kedua. Itu sebabnya, sabarnya Nabi Yusuf terhadap godaan istri tuannya lebih utama dari pada sabarnya beliau ketika dibuang ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya.

Hakikat Ujian dan Musibah

Dengan menyadari hakikat sebenarnya dari ujian dan musibah, maka kita diharapkan memiliki cara pandang yang benar tentang ujian dan musibah, sehingga hal tersebut dapat mengantarkan pada keyakinan dan sikap yang benar.

1. Meyakini bahwa semuanya datang dari Alloh

Alloh SWT berfirman, yang artinya, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Alloh SWT.” (QS: Al-Hadid:22)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa innaa ilahi raaji’uun.” (QS: Al-Baqoroh :155-156).

Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya apabila umat ini seluruhnya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan bisa memberi manfaat, kecuali yang telah Alloh tetapkan untukmu. Dan apabila mereka berkumpul untuk menimpakan bahaya kepadamu, maka niscaya mereka tidak akan mampu menimpakan kemudhorotan itu, kecuali apa yang telah Alloh tetapkan untukmu.” (HR: Tirmidzi)

Dengan meyakini bahwa semua itu adalah dari Alloh semata, maka seorang mukmin akan mengembalikan semua urusannya kembali kepada Alloh SWT, disertai keyakinan bahwa didalamnya pasti terkandung hikmah dan pelajaran. Seorang mukmin tidak akan menjadi stress dengan adanya musih yang menimpanya.

2. Disebabkan karena dosa dan kesalahan kita sendiri

Alloh SWT berfirman, yang artinya, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kpada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS: Al-A’rof:23)

“Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS: Hud: 11).

3. Pelajaran atas banyaknya dosa dan maksiat yang kita lakukan.

Alloh berfirman, yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat).” (QS: Al Ahqof: 27).

Ibnul Jauzi berkata, “Sebesar apa pun musibah yang datang menimpa, hal itu masih belum sebanding dengan dosa yang telah mereka kerjakan.”

4. Bukti kecintaan pada seseorang hamba

Rosulullah SAW bersabda, yang artinya, “Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Bila Alloh suka kepada suatu kaum maka mereka akan diuji. Jika mereka ridho, maka Alloh ridho dan bila dia marah maka Alloh pun akan marah padanya.” (HR. Tirmidzi)

5. Menghapus sebagian dosa orang mukmin 

Rosulullah SAW bersabda yang artinya, “Tidaklah musibah yang menimpa seorang muslim, melainkan Alloh yang akan menghapus dosanya, sekali pun musibah itu hanya tertusuk duri.” (HR: Bukhori).

“Ujian akan terus datang kepada seorang mukmin atau mukminah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga ia menghadap Alloh tanpa membawa dosa.” (HR: Ahmad dan Tirmidzi).

Semoga sedikit uraian dan catatan tentang “saat ujian dan musibah melanda” ini bermanfaat dan memberikan semangat pada kita semua untuk selalu bersabar atas ujian yang diberikan Alloh SWT pada kita.

Belum ada Komentar untuk "Saat Ujian dan Musibah Melanda"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel