Resensi Buku " Perempuan Berkalung Sorban"

Ada yang menarik dengan kisah cerita yang satu ini, bila selama ini cerita dalam novel berisi tentang percintaan sepasang manusia dngan liku-liku yang biasa, berbeda dengan novel karya dari Abidah El-Khalieqy, kisah cinta tokoh utama digambarkan dengan cerita yang menarik, dengan tambahan pengalaman religius dari sisi syariah dan fiqih yang membuat pembacanya bisa belajar tentang hal yang harus dilakukan, yang selama ini tidak diketahui oleh masyarakat. Resensi buku "Perempuan Berkalung Sorban", akan memberikan sedikit informasi agar anda bisa tertarik membaca dan membeli buku karya dari Abidah ini.

Di Indonesia sendiri tidak banyak novel yang menceritakan hal yang memperkuat posisi wanita, apalagi dengan kisah wanita yang dalam saat itu, status wanita selalu berada di bawah laki-laki. Novel "Perempuan Berkalung Sorban" seolah menunjukkan  tentang perjuangan tentang kesetaraan gender. Begitu pula cerita dalam novel ini, tokoh utama yaitu Anisa dan Khudori diungkapkan sebagai sosok figur sentral yang sangat setia pada nilai-nilai religius.

Identitas buku:

  • Judul : Perempuan Berkalung Sorban.
  • Penulis : Abidah El Khalieqy.
  • Penerbit : Arti Bumi Intaran.
  • Tahun Terbit : Cetakan III Januari 2009
  • Jumlah halaman : 320 halaman.
  • ISBN : 978-979-15836-4-1

Resensi Novel "Perempuan Berkalung Sorban"

Kekuatan novel terbaik adalah isi cerita yang bisa mempengaruhi pola pikir dan memberikan wacana positif bagi para pembacanya, dan hal ini terdapat pada novel "Perempuan Berkalung Sorban". Hal ini juga disampaikan Chand Parwes, seorang produser film, yang menyampaikan bahwa novel ini memiliki energi spiritul yang tinggi dan menggambarkan perjuangan kemanusiaan dalam ranah ragam dan budaya Indonesia.

Novel "Perempuan Berkalung Sorban";Resensi Novel;Resensi Buku " Perempuan Berkalung Sorban";
Novel "Perempuan Berkalung Sorban"

Cerita ini menggambarkan kisah seorang gadis kecil, yaitu Annisa Nurhaiyyah yang sering dipanggil NIsa, sebagai seorang perempuan yang berakal atau miliki pandangan luas, berayahkan seorang Kiai bernama Kiai Haji Hanan Abdul Malik dan Ibu Hajah Mutmainah. Nisa sendiri hidup dan belajar di lingkungan pondok ayahnya. Kedekatan Nisa dengan Lek Khudori (adek dari ibunya) sejak kecil membuat pandangan Nisa dan pola pikir Nisa berbda dengan gadis kebanyakan. Bahkan karena kedekatan tersbut mulai muncul benih cinta dalam hati Anisa yang saat itu belum bisa diungkapkan.

Pada cerita awal disampaikan bahwa Anisa adalah seorang bocah yang aktif dan seolah ingin menjadi seorang Hindun binti Ataba, yaitu seorang wanita yang mahir naik kuda dan sangat pintar bertempur di padang pertempuran. Bahkan bayangan Putri Budur juga turut mengilhami Anisa, yang mampu memimpin Pasukan Raja Kamaruz zaman dan para lelaki perkasa yang patuh pada Putri Budur.

Baca juga: Resensi Novel “Ivan Amanda - Pengantin Pengganti”

Ketegasan Bapak Anisa untuk menjadikan Anisa menjadi anak perempuan yang sesuai kodrat sejak kejadian rizal kecemplung blumbang, menjadikan Anisa harus berlatih menguasai segala alat masak di dapur. Kecerdasan dan kejelian Anisa sudah terlihat sejak kecil, bahkan sejak Anisa belajar di kelas, Anisa kritis menanyakan hal-hal yang menurutnya berseberangan dengan jalan pikirannya.

Kedekatan Nisa dan Lek Khudori sebenarnya sudah terlihat sejak Nisa mulai akil baligh, meskipun saat itu Nisa belum mampu mengatakan dan mengetahui apa yang berkecamuk dalam dirinya. Bahkan tanpa sengaja, Lek  kHudori sampai terpana dengan ucapan Nisa, yang membuat Lek khudori sempat deg-degan.

Sama halnya dengan Lek Khudori, perasaan Nisa atas Lek Khudori juga tersampaikan di halaman 55 "Kalau  saja ibu tahu. Ya... Kalau saja ibu tahu, bukan hanya itu yang telah diberikannya padaku, tetapi juga kerinduan, kesunyian malam  yang menyeluruh dan keindahan bermimpi sampai jauh."

Selain berbicara tentang kehidupan seorang wanita, mulai dari kecil sampai dewasa, novel ini juga memberikan informasi, pelajaran dan hikmah tentang apa yang harus dilakukan secara Islami, baik dari syariah dan fiqih. Seperti hak-hak dan kewajiban seorang wanita sebagai muslimah, baik sebagai anak, seorang murid, seorang ibu, anggota masyarakat, warga Negara dan sebagai seorang istri di kemudian hari.

Ditengah keindahan  dan nikmatnya cerita cinta, ditengah cerita juga diselipkan sebuah kesedihan yang dirasakan Nisa saat harus dinikahkan dengan lelaki yang tidak dikenal dan tidak dicintainya, "Samsudin". Meskipun Samsudin putra Kiai Nasiruddin, sahabat bapaknya saat Bapak Nisa dan Kiai Nasirudin mondok di Tebuireng. Pernikahan ini menjadi awal kesedihan dan kesengsaraan Nisa, apalagi pernikahan tersebut tidak dilandasi dengan rasa cinta. Dan perlakuan Samsudin terhadap Anisa, apalagi saat berhubungan suami istri dengan kekasarannya menjadikan Nisa seolah hanya obyek pemuas nafsu belaka. 

Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, rasa sakit Nisa terobati dengan terbukanya kisah sedih Nisa dihadapan Ibu dan Bapak, dan pada akhirnya NIsa harus bercerai dan berpisah dengan Samsudin, dan hal in membuat Samsudin dendam dengan NIsa dan Lek Khudori, yang menganggap Nisa sudah mengkhianati Samsudin .

Kisah cerita Nisa dalam novel dikisahkan seperti gelombang, naik turun, ada rasa senang sedih dan juga berakhir dengan kisah cinta yang begitu membutakan, begitu pula dengan kisah Nisa dan Lek Khudori, setelah bisa mereguk kebahagiaan dengan beratnya mereka dalam ikatan pernikahan dan lahirnya Mahbub buah hati antara mereka berdua.

Begitu pula kehidupan, tetap harus berjalan, dan begitu pula saat Lek Khudori meninggal dunia karena kecelakaan. Menjadikan Anisa harus kuat dalam  menghadapi hal tersebut. Cerita menarik dalam novel ini memberikan sebuah pelajaran dalam, semoga resensi buku "Perempuan Berkalung Sorban" bisa memberikan sedikit daya tarik untuk anda agar membeli novel menarik karya dari Abidah El Khalieqy.

Belum ada Komentar untuk "Resensi Buku " Perempuan Berkalung Sorban""

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel