Liburan Impian ke Jepang, Tujuh Aturan Pariwisata Jepang Terbaru yang Berlaku Tahun Depan

Jepang, negara impian bagi jutaan wisatawan, terus berinovasi. Namun, seiring dengan popularitasnya, beberapa perubahan kebijakan mulai diterapkan untuk menjaga kualitas pariwisata dan kenyamanan penduduk lokal. Namun ada informasi terbaru untuk Anda yang berencana menikmati liburan impian ke Jepang, tujuh aturan pariwisata Jepang terbaru yang berlaku tahun depan.

tujuh-aturan-pariwisata-jepang-terbaru-yang-berlaku-tahun-depan
Kastil Himeji (Gambar: Pexels | Ehsan Haque)

Bukan rahasia lagi jika tahun-tahun belakangan ini, Jepang mengalami overtourism alias kelebihan wisatawan. Banyak destinasi populer, seperti Kyoto dan Tokyo, menjadi sangat padat. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Jepang dan pemerintah daerah mulai mengambil langkah-langkah strategis. Beberapa perubahan ini mungkin membuat biaya liburan Anda sedikit lebih mahal, namun tujuannya adalah menciptakan pengalaman yang lebih berkualitas dan berkelanjutan.

Tujuh Aturan Baru Pariwisata Jepang

Berikut adalah tujuh aturan baru yang akan memengaruhi pariwisata Jepang, melansir situs panduan tentang Jepang, Ohayo Jepang, antara lain:

1. Pajak Akomodasi di Berbagai Daerah Semakin Bervariasi

Beberapa kota besar di Jepang seperti Tokyo, Kyoto, dan Osaka, telah lama menerapkan pajak akomodasi (accommodation tax) bagi setiap tamu yang menginap. Namun, tren ini sekarang meluas ke kota-kota yang lebih kecil dan daerah pedesaan. Tujuan utamanya adalah untuk mendanai infrastruktur pariwisata lokal dan layanan kebersihan.

Pada tahun 2024, prefektur Hokkaido mengumumkan rencana untuk menerapkan pajak akomodasi mulai tahun 2025. Kota-kota lain di luar rute wisata utama juga sedang mempertimbangkan langkah serupa. Ini berarti, biaya menginap Anda di hotel, ryokan, atau Airbnb akan sedikit lebih mahal, tergantung di kota mana Anda menginap. Misalnya, pajak di Tokyo berkisar antara 100 hingga 200 yen per malam per orang, namun bisa berbeda di daerah lain.

2. Kenaikan Harga Tiket Wisata Khusus Turis Asing

Beberapa operator wisata mulai menerapkan sistem harga tiket yang berbeda untuk wisatawan asing. Meskipun ini belum berlaku secara luas, beberapa tempat wisata populer sudah mulai menguji coba skema ini. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan harga dengan nilai mata uang asing yang lebih kuat, sekaligus mengelola jumlah pengunjung.

Baca juga: Tips Liburan ke Jepang, Catat Waktu Terbaiknya.

Salah satu contoh yang paling terkenal adalah kenaikan harga Japan Rail Pass (JR Pass) pada akhir tahun 2023. Kenaikan harga ini sangat signifikan, membuat banyak wisatawan mencari alternatif transportasi lain. Meskipun JR Pass masih bisa menjadi pilihan yang menguntungkan bagi sebagian orang, penting untuk menghitung ulang apakah pembelian tiket satuan atau pass regional lebih hemat.

3. Pembatasan Pendakian Gunung Fuji

Sebagai salah satu ikon Jepang, Gunung Fuji menarik ribuan pendaki setiap tahun. Namun, jumlah pengunjung yang membludak menyebabkan masalah lingkungan dan keselamatan. Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Prefektur Yamanashi telah menetapkan aturan baru yang sangat ketat.

Mulai musim panas 2024, jalur pendakian Yoshida Trail akan membatasi jumlah pendaki harian menjadi 4.000 orang. Selain itu, pendaki juga harus membayar biaya pendakian sebesar 2.000 yen (sekitar Rp 200.000). Jalur ini bahkan akan ditutup total antara pukul 16.00 hingga 03.00 dini hari untuk mencegah pendaki ilegal yang tidak menginap di pondok. Aturan ini bertujuan untuk menjaga kebersihan dan keselamatan, sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap alam.

4. Tarif Transportasi Publik Lebih Mahal

Transportasi publik Jepang terkenal efisien, namun biayanya terus meningkat. Selain kenaikan harga JR Pass, beberapa perusahaan kereta api swasta juga menyesuaikan tarif mereka secara berkala. Kenaikan ini juga dipengaruhi oleh inflasi dan biaya operasional yang terus bertambah.

Meskipun demikian, ada banyak cara untuk menghemat biaya transportasi. Alih-alih mengandalkan satu jenis pass, coba manfaatkan pass regional, seperti Kansai Thru Pass atau Tokyo Subway Ticket. Pass-pass ini seringkali menawarkan diskon besar dan mencakup berbagai moda transportasi seperti kereta api swasta, bus, dan subway.

5. Aturan Baru untuk Pengalaman Wisata Belanja

Belanja di Jepang selalu menjadi salah satu daya tarik utama, terutama dengan sistem bebas pajak yang menguntungkan. Namun, beberapa toko mulai memperketat aturan bebas pajak (tax-free shopping).

Saat ini, beberapa toko memberlakukan biaya layanan (service charge) untuk proses pengembalian pajak, atau membatasi jenis barang yang bisa dibeli dengan bebas pajak. Hal ini bertujuan untuk mengelola antrean dan administrasi yang rumit, terutama di toko-toko yang sangat ramai di distrik perbelanjaan seperti Shinjuku atau Shibuya. Jadi, pastikan untuk memeriksa aturan toko sebelum melakukan pembelian besar.

6. Kuota Hotel di Destinasi Padat

Popularitas beberapa kota, seperti Kyoto, telah mendorong pemerintah setempat untuk mempertimbangkan kebijakan pembatasan jumlah akomodasi. Meskipun belum ada larangan total, ada wacana untuk membatasi jumlah izin operasional hotel dan Airbnb di area-area padat.

Ini berarti, mencari penginapan di kota-kota populer bisa menjadi lebih sulit dan mahal, terutama saat musim liburan. Untuk menghindari masalah ini, disarankan untuk memesan akomodasi jauh-jauh hari dan pertimbangkan untuk menginap di kota-kota satelit yang terhubung dengan baik. Misalnya, jika Anda ingin menjelajahi Kyoto, menginap di Osaka atau Uji bisa menjadi alternatif yang lebih hemat dan tidak terlalu padat.

7. Wisata Kuliner dengan Reservasi Wajib

Mencicipi kuliner lokal adalah bagian tak terpisahkan dari liburan ke Jepang. Namun, popularitas beberapa restoran, terutama yang bintang Michelin atau yang terkenal di media sosial, telah membuat mereka sangat sulit diakses.

Beberapa restoran di Tokyo dan Kyoto kini memberlakukan sistem reservasi wajib (reservation only) dan bahkan mewajibkan pembayaran di muka. Ini dilakukan untuk menghindari antrean panjang dan pengunjung yang tidak serius. Untuk menikmati pengalaman kuliner terbaik, siapkan rencana matang, pesan meja jauh-jauh hari, atau pertimbangkan untuk mengikuti tur kuliner yang sudah terorganisir.

Rencanakan Liburan Terbaik Anda Sebelum Terlambat

Meskipun beberapa aturan ini bisa menjadi tantangan, tujuan utamanya adalah untuk menjaga keberlanjutan pariwisata Jepang. Tahun 2026 mungkin akan menjadi titik balik di mana Jepang akan lebih berfokus pada pariwisata berkualitas daripada kuantitas.

Mengingat perubahan-perubahan ini, inilah saatnya Anda merencanakan liburan dengan lebih cermat. Manfaatkan kesempatan ini untuk menjelajahi Jepang dengan lebih bijak. Dengan persiapan matang, liburan Anda di Jepang tetap bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan, bahkan dengan sedikit biaya tambahan. 

Semoga sedikit informasi di atas tentang “liburan impian ke Jepang, tujuh aturan pariwisata Jepang terbaru yang berlaku tahun depan” bermanfaat dan menjadi referensi untuk Anda. Bagaimana menurut Anda? Apakah aturan-aturan baru ini akan memengaruhi rencana liburan Anda ke Jepang?

Belum ada Komentar untuk "Liburan Impian ke Jepang, Tujuh Aturan Pariwisata Jepang Terbaru yang Berlaku Tahun Depan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel