Ojung, Tradisi Unik Suku Tengger Untuk Memohon Hujan

Indonesia kaya akan budaya dan tradisi unik yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu tradisi yang menarik adalah Ojung, tradisi unik Suku tengger untuk memohon hujan, sebuah ritual yang dilakukan oleh Suku Tengger di beberapa desa di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Tradisi ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan sebuah ritual sakral yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat, terutama dalam menghadapi musim kemarau.

Apa Itu Tradisi Ojung?

Ojung adalah ritual memohon hujan yang melibatkan pertarungan dua orang lelaki. Uniknya, pertarungan ini bukan untuk saling menyakiti, melainkan untuk saling mencambuk menggunakan sebilah rotan. Ritual ini diiringi oleh musik gamelan dan sorakan dari warga yang menonton. Meskipun terdengar ekstrem, pertarungan ini dilakukan dengan sportif dan tanpa dendam. Rotan yang digunakan pun tidak sembarangan, biasanya diambil dari jenis rotan yang kuat dan lentur.

ojung-tradisi-unik-suku-tengger
Tradisi Ojung (Gambar: nusantarajayanews.id)

Pertarungan Ojung ini dianggap sebagai persembahan kepada Sang Hyang Widhi agar menurunkan hujan. Masyarakat Tengger percaya, semakin keras pertarungan dan semakin banyak darah yang menetes, semakin besar pula kemungkinan permohonan mereka dikabulkan. Darah yang menetes dari tubuh para petarung dipercaya sebagai simbol pengorbanan dan permohonan yang tulus.

Sejarah dan Asal-Usul Ojung

Sejarah tradisi Ojung tidak tercatat secara pasti, namun diperkirakan telah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Suku Tengger sendiri dikenal sebagai keturunan prajurit dan rakyat Majapahit yang melarikan diri ke kawasan pegunungan Bromo untuk menghindari penyebaran agama Islam. Mereka tetap memegang teguh ajaran Hindu-Jawa kuno, yang tercermin dalam berbagai ritual dan tradisi, termasuk Ojung.

Baca juga: Tari Remo, Sejarah dan Perkembangannya Saat Ini.

Munculnya tradisi Ojung ini erat kaitannya dengan kondisi geografis dan agraris Suku Tengger. Sebagai masyarakat yang sangat bergantung pada hasil pertanian, kemarau panjang adalah ancaman besar. Kekeringan bisa menyebabkan gagal panen dan kelaparan. Oleh karena itu, mereka mencari cara untuk mengatasi masalah ini dengan melibatkan unsur spiritual.

Ojung lahir dari keyakinan bahwa manusia harus berkorban untuk alam. Pertarungan yang menyakitkan ini dianggap sebagai wujud kerelaan berkorban demi kesejahteraan bersama. Ini adalah bentuk ritualisasi dari kepasrahan dan permohonan yang mendalam kepada Sang Pencipta agar diberikan berkah berupa hujan.

Mengapa Ojung Tetap Dilakukan?

Di era modern ini, tradisi Ojung mungkin terlihat aneh atau bahkan berbahaya. Namun, bagi Suku Tengger, Ojung lebih dari sekadar ritual kuno. Tradisi ini terus dilestarikan karena beberapa alasan penting:

  1. Pelestarian Budaya: Ojung adalah salah satu identitas budaya Suku Tengger yang unik. Melestarikan Ojung berarti menjaga warisan leluhur mereka dari kepunahan.
  2. Ungkapan Religius: Bagi mereka, Ojung adalah cara berkomunikasi dengan alam dan Sang Pencipta. Ini adalah manifestasi dari keyakinan spiritual mereka.
  3. Pengikat Persaudaraan: Meskipun melibatkan pertarungan fisik, Ojung justru mempererat tali persaudaraan. Para petarung dan penonton saling menghormati dan mendukung satu sama lain.
  4. Daya Tarik Wisata: Seiring waktu, Ojung juga menjadi daya tarik wisata budaya. Banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, tertarik untuk menyaksikan keunikan tradisi ini.

Dengan demikian, Ojung, tradisi unik Suku Tengger untuk memohon hujan, bukan hanya sekadar pertunjukan, melainkan sebuah cerminan dari kearifan lokal Suku Tengger dalam menghadapi tantangan alam. Tradisi ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam dan Sang Pencipta, serta nilai-nilai pengorbanan, kebersamaan, dan keteguhan hati.

Belum ada Komentar untuk "Ojung, Tradisi Unik Suku Tengger Untuk Memohon Hujan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel