Mengenal Hari Raya Karo, Tradisi Unik Suku Tengger yang Kaya Makna

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, menyimpan berbagai tradisi unik yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas adalah Hari Raya Karo. Tentu Anda tertarik dengan hal tersebut, maka tidak salah kalau kali ini akan disampaikan tentang mengenal Hari Raya Karo, tradisi unik Suku Tengger yang kaya makna.

mengenal-hari-raya-karo-tradisi-unik-suku-tengger
Perayaan Hari Raya Karo (Gambar: M Rofiq/detikJatim)

Perayaan ini merupakan upacara sakral yang dirayakan oleh masyarakat Suku Tengger, yang mendiami kawasan pegunungan Bromo-Tengger-Semeru di Jawa Timur. Hari Raya Karo bukan sekadar perayaan biasa, melainkan sebuah ritual yang sarat makna spiritual dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Tengger. 

Apa Itu Hari Raya Karo?

Hari Raya Karo, atau juga dikenal sebagai "Piodalan Karo," adalah sebuah upacara adat keagamaan yang dirayakan oleh masyarakat Suku Tengger. 

Kata "Karo" sendiri dalam bahasa Tengger memiliki arti "kedua." Penamaan ini merujuk pada upacara yang dilaksanakan pada bulan kedua dalam kalender Tengger, yaitu bulan Karo. 

Perayaan ini merupakan puncak dari rangkaian upacara yang lebih kecil yang telah dilaksanakan sebelumnya. 

Baca juga: Desa Adat Penglipuran, Tujuan Wisata Menarik Setelah Pandemi.

Hari Raya Karo bisa didefinisikan sebagai upacara penyucian diri, penghormatan kepada leluhur, serta ungkapan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa atas berkah yang telah diberikan.

Tujuan dan Makna Hari Raya Karo

Hari Raya Karo memiliki beberapa tujuan utama yang mendalam bagi masyarakat Tengger:

  1. Memperingati dan Menghormati Leluhur: Tujuan utama dari perayaan ini adalah untuk memperingati dan menghormati para leluhur, khususnya leluhur Suku Tengger, Roro Anteng dan Joko Seger. Keduanya dipercaya sebagai cikal bakal Suku Tengger. Upacara ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk menjaga hubungan spiritual dengan para leluhur.
  2. Penyucian Diri dan Lingkungan: Upacara Karo juga bertujuan untuk menyucikan diri secara lahir dan batin, serta menyucikan lingkungan sekitar dari hal-hal negatif. Masyarakat Tengger percaya bahwa dengan melakukan upacara ini, mereka akan mendapatkan kembali keseimbangan spiritual dan hidup dalam kedamaian.
  3. Ungkapan Rasa Syukur: Hari Raya Karo juga menjadi momen bagi masyarakat untuk mengungkapkan rasa syukur atas segala berkah yang telah mereka terima sepanjang tahun, seperti hasil panen yang melimpah dan kesehatan keluarga.
  4. Menjaga Tradisi dan Identitas Budaya: Dengan merayakan Hari Raya Karo setiap tahun, masyarakat Tengger secara aktif menjaga dan melestarikan tradisi serta identitas budaya mereka yang unik. Upacara ini menjadi salah satu penanda utama keberadaan Suku Tengger.

Kapan Hari Raya Karo Dilaksanakan?

Hari Raya Karo dilaksanakan pada bulan Karo dalam kalender Tengger. Berbeda dengan kalender Masehi, penanggalan Tengger didasarkan pada siklus bulan. 

Oleh karena itu, waktu pelaksanaan Hari Raya Karo setiap tahunnya tidak selalu sama. Namun, umumnya perayaan ini jatuh pada bulan Agustus atau September. Penentuan tanggal pastinya ditentukan oleh para dukun pandita atau sesepuh desa yang menguasai perhitungan kalender Tengger.

Desa-desa yang Merayakan Hari Raya Karo

Meskipun tersebar di beberapa kabupaten seperti Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang, masyarakat Suku Tengger umumnya tinggal di desa-desa yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Desa-desa yang dikenal aktif merayakan Hari Raya Karo antara lain:

  • Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo: Desa ini merupakan salah satu pusat kegiatan keagamaan Suku Tengger.
  • Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan: Desa ini juga dikenal sebagai salah satu desa Tengger yang kental dengan adat istiadat.
  • Desa Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang: Meskipun berada di kawasan Lumajang, masyarakat Ranu Pani juga merupakan bagian dari Suku Tengger.
  • Desa Wringinanom, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang: Desa-desa di kawasan Malang juga turut serta dalam perayaan ini, menunjukkan jangkauan budaya Suku Tengger yang luas.

Rangkaian dan Tahapan Upacara Karo

Upacara Karo adalah rangkaian ritual yang kompleks dan berlangsung selama beberapa hari. Secara umum, tahapan upacara ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian utama:

  • Persiapan (Upacara Pra-Karo): Beberapa hari sebelum puncak upacara, masyarakat Tengger sudah mulai melakukan berbagai persiapan. Mereka membersihkan rumah dan tempat-tempat suci, seperti pura dan sanggar (tempat persembahyangan keluarga). Selain itu, mereka juga menyiapkan berbagai sesajen (persembahan) yang akan digunakan dalam upacara. Sesajen ini terdiri dari berbagai hasil bumi, seperti sayur-mayur, buah-buahan, dan nasi tumpeng.
  • Puncak Upacara (Upacara Karo): Pada hari yang telah ditentukan, upacara puncak dilaksanakan. Masyarakat Tengger berkumpul di tempat persembahyangan atau pura desa. Upacara ini dipimpin oleh seorang dukun pandita, yaitu pemuka adat dan agama Suku Tengger. Rangkaian ritual yang dilakukan meliputi:

    1. Tirta Sengkalan: Ritual penyucian dengan air suci yang bertujuan untuk membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan.
    2. Puja Mantra: Dukun pandita akan melafalkan doa dan mantra dalam bahasa Tengger kuno.
    3. Persembahan Sesajen: Sesajen yang telah disiapkan dipersembahkan kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan para leluhur.
    4. Ritual Kenduri atau Slametan: Setelah upacara selesai, masyarakat Tengger akan mengadakan kenduri atau slametan, di mana mereka akan makan bersama-sama sebagai bentuk kebersamaan dan persaudaraan.

  • Penutup Upacara (Pasca-Karo): Setelah puncak upacara, rangkaian upacara belum selesai. Masyarakat Tengger masih akan melakukan beberapa kegiatan, seperti mengunjungi sanak saudara untuk bersilaturahmi. Momen ini seringkali dimanfaatkan untuk bermaaf-maafan dan mempererat tali persaudaraan.

Penutup

Hari Raya Karo adalah sebuah perayaan yang tak hanya indah secara visual, tetapi juga kaya akan makna spiritual dan filosofi. Upacara ini menjadi bukti nyata bagaimana Suku Tengger menjaga tradisi dan identitas budaya mereka di tengah arus modernisasi. 

Dengan memahami Hari Raya Karo, kita tidak hanya mendapatkan wawasan baru tentang kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga belajar tentang pentingnya menghormati leluhur, menjaga alam, dan merayakan kehidupan dengan penuh syukur. Semoga informasi tersebut d atas tentang “mengenal Hari Raya Karo, tradisi unik Suku Tengger yang kaya makna” dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat dan memotivasi kita untuk terus melestarikan warisan budaya bangsa.

Belum ada Komentar untuk "Mengenal Hari Raya Karo, Tradisi Unik Suku Tengger yang Kaya Makna"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel