Kisah Menarik Digunakannya Saputangan

Adakah yang sampai saat ini masih menggunakan saputangan? Sebagian pasti menjawab, tidak, karena kebanyakan penggunaan saputangan sudah tergantikan oleh tisu, yang katanya lebih praktis dan mudah didapat. Memang terkadang kita masih melihat orang-orang yang menggunakan saputangan untuk menyeka keringat, tapi bisa dihitung dengan jari saja yang masih menggunakan saputangan. Saputangan memang sudah mulai jarang digunakan, namun tidak masalah kalau kali ini kita membahas tentang asal usul dan kisah menarik digunakannya saputangan.

kisah-menarik-digunakannya-saputangan
Ilustrasi (Gambar: cocoonpatterns.com)

Membicarakan hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari memang menarik, begitu pula dengan asal usul saputangan, mengapa dahulu bisa menjadi seperti model fashion. Hal yang sama juga pernah disampaikan oleh Myrtha Karina yang pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi Nomor 501.

Venesia Menjadi Kota Lahirnya Saputangan Wanita

Saputangan  sebenarnya sudah disebut-sebut dalam syair karya Catulus (85 sampai 87 SM). Berbeda dengan saat ini, alat pengusap keringat saat itu dibuat dari jalinan rumput.

Memasuki abad pertama sebelum Masehi, baru saputangan terbuat dari kain linen. Meskipun sederhana, hanya golongan masyarakat kelas atas saja yang sanggup memilikinya. Itulah sebabnya, saputangan diperlakukan dengan sangat istimewa, dan hanya untuk pemakaian yang eksklusif.

Baca juga: Terciptanya Kartu Nama.

Memasuki abad ke-14, sudah banyak masyarakat di Eropa yang menyadari saputangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari gaya busana. Khususnya di Italia, tempat pertama kali ide saputangan muncul dari seorang wanita Venesia, yang memotong-motong rami menjadi bentuk bujur sangkar dan menghiasinya dengan renda.

Saat itu, saputangan bertambah fungsinya sebagai sarana bertutur sapa di antara masyarakat kelas atas dengan cara melambai-lambaikannya. Sedangkan di gedung teater, saputangan dilambai-lambaikan untuk memberikan sambutan hangat kepada para pemainnya.

Dari Italia, saputangan ini kemudian menyebar ke seluruh Perancis. Para bangsawan di bawah Raja Henry II memiliki andil besar dalam penyebaran saputangan.

Saat itu, saputangan sudah berbahan dasar sangat mahal, berhiaskan bordir sedemikian rupa sehingga sangat menarik dan menjadi barang mewah.

Fungsi saputangan saat itu menjadi agak berbeda saat cerutu diperkenalkan di Eropa pada abad ke-17. Menghisap cerutu menjadi kebiasaan yang sangat elegan. Namun sayang, menghisap cerutu bisa meninggalkan noda coklat di hidung yang sangat mengganggu penampilan. Disini kemudian terjadi perkembangan menarik dengan munculnya saputangan ukuran besar dan berwarna gelap. Sebelumnya, saputangan hadir dalam potongan mungil berenda dan berbordir yang imut.

Himgga suatu hari di abad ke-18 di Versailles, Maria Antoinette menyatakan, bahwa saputangan berbentuk bujur sangkar lebih tepat dan lebih mudah dibawa kemana-mana. Bahkan Raja Louis XVI sampai mengeluarkan peraturan tentang ukuran bujur sangkar untuk semua saputangan yang dibuat di lingkungan istana.

Baru pada abad ke-19 saputangan telah sampai di Jerman. Namun baru beredar di kalangan bangsawan dan keturunan kerajaan. Saputangan juga menjadi hadiah umum dari pria yang menaruh hati kepada seorang wanita, atau sebaliknya. Dalam abad itu pula, saputangan menjadi pelengkap wajib dalam gaya busana. Keberadaannya tidak lagi disimpan di dalam tas, tapi sudah dipegang di tangan.

Saputangan kemudian menjadi barang universal, dan menjadi sarana komunikasi yang menarik. Namun sayang, saat ini keberadaan saputangan mulai tergantikan tisu kertas yang lebih praktis dan lebih higienis. Semoga informasi tentang asal usul dan kisah menarik digunakannya sapu tangan ini menjadi tambahan informasi untuk Anda, dan juga memberikan informasi agar saputangan tidak punah tergerus oleh tisu yang praktis.

Belum ada Komentar untuk "Kisah Menarik Digunakannya Saputangan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel