Mengenal Virus Dengue
Demam berdarah... Nama penyakit ini sukses menjadi hantu yang menakuti semua orang, apalagi saat musim penghujan tiba. Mengenal virus dengue menjadi penting agar kita tidak menjadi korban keganasan virus dengue atau demam berdarah dengue (DBD).
Ilustrasi (Gambar: krakataumedika.com) |
Sebenarnya sudah banyak informasi yang membahas tentang keberadaan virus dengue ini. Namun informasi menarik dan mudah dicerna bisa dilihat pada catatan dr. Widodo Judarwantu, Sp.A yang catatannya pernah dimuat dalam Majalah Intisari Edisi Nomor 498.
Virus Dengue adalah Penyebab DBD
Semua orang mengakui bahwa terkadang sulit mendeteksi DBD (Demam Berdarah Dengue) secara lebih dini, karena hampir semua infeksi penyakit akut ini pada awal serangannya menyerupai gejala awal DBD.
Ciri khas DBD adalah seperti perdarahan kulit dan tanda perdarahan lainnya, sering juga muncul hanya di akhir periode penyakit.
Virus dengue penyebab DBD termasuk anggota famili flaviviridae. Keberadaannya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, karena ukrannya sangat kecil, hanya sekitar 35 sampai 45 nanometer.
DBD menyerang tubuh manussia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah gigitan tersebut, tercipta masa tenang dan menghanyutkan, selama sekitar empat hari, saat virus dengue berkembang ssecara cepat di dalam tubuh.
Saat merasa jumlah pasukannya lebih dari cukup, baru kemudian virus meningkatkan serangan dengan memasuki sirkulasi darah viraemia. Pada saat itu tubuh penderita langung terinfeksi dan mengalami gejala panas.
Baca juga: Mengenal ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura), Trombosit Rendah yang Tidak Diketahui Sebabnya.
Mendapat serangan makhluk asing, tubuh pun mengadakan perlawanan dengan menunjukkan reaksi tertent. Bentuk reaksi ini berbeda dari satu orang ke orang yang lain. Perbedaan yang kelak menyebabkan tidak samanya penampilan gejala klinis dan perjalanan DBD di fase selanjtnya.
Pada prinsipnya, bentuk reaksi tubuh terhadap keberadaan virus dengue berlangsung melalui beberapa tahap:
- Reaksi pertama
Pada reaksi ini berupa netralisasi virus, disusul dengan pengendapan hasil netralisasi itu pada pembuluh darah kecil di kulit, berupa gejala ruam.
- Reaksi kedua
Berupa gangguan fungsi pembekuan darah akibat penurunan jumlah dan kualitas komponen-komponen beku darah, yang selanjutnya dapat menimbulkan perdarahan.
- Reaksi ketiga
Terjadi kebocoran pada pembuluh darah, yang menyebabkan keluarnya komponen plasma cairan darah) dari dalam pembuluh darah menuju rongga perut.
Apabila badan hanya memberi reaksi bentuk pertama dan kedua saja, maka penderita hanya akan menderita demam dengue. Namun jika reaksi ketiga ini muncul, maka berhati-hatilah karena DBD sedang mengincar.
Demam Dengue vs DBD
Meskipun sama-sama disebabkan virus dengue, demam dengue dan DBD seperti dua anak kembar yang memiliki karakter yang berbeda.
Demam dengue tidak terlalu membahayakan atau mengancam jiwa seperti DBD. Demam ini oleh orang awam sering disebut sebagai gejala demam berdarah, yang ditandai gejala klinis berupa demam, nyeri pada seluruh tubuh, ruam dan perdarahan.
Serangan demamnya bisa muncul mendadak, mencapai suhu 39 sampai 40 derajat Celsius. Demam ini biasanya berlangsung hanya sekitar 5 hari , ditandai dengan keluarnya banyak keringat saat demam berakhir. Kadang disebut juga demam biphasik, karena suhu tubuh sempat normal, naik lalu turun lagi saat penderita sembuh (bila digambarkan, kurvanya tampak seperti punuk unta).
Gejala panas pada penderita demam dengue diiringi dengan nyeri pada seluruh tubuh. Pada uumumnya yang dikeluhkan berupa nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, dan nyeri pada bola mata. Keluhan makin meningkat apabila organ-organ itu digerakkan. Nyeri ini oleh orang awam sering disebut dengan flu tulang, karena merata menyerang seluruh tubuuh dan hilang bersamaan dengan sembuhnya demam.
Sedangkan ruam timbul pada saat awal panas, bentuknya menyerupai tanda kemerahan pada daerah muka, leher dan dada. Ruam bisa juga muncul pada hari keempat sakit, berupa bercak-bercak merah kecil, seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam timbul hanya pada daerah tangan atau kaki, berbentuk spesifik, seperti kaus tangan dan kaki. Bentuk ruam ini timbul setelah panas turun di hari kelima.
Seperti halnya DBD, demam dengue juga diserta perdarahan, namun tidak selalu seperti perdarahan spontan. Bahkan pada sebagian besar penderita, perdarahan baru muncul setelah dilakukan tes ourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang mungkin terjadi umumnya, berupa perdarahan kecil (petechiae) dan agak besar dikulit (echimosis), perdarahan gusi atau hidung, dan kadang perdarahan masif yang berakhir dengan kematian.
Baca juga: Demam Kawasaki dan Tanda-tandanya.
Pada anak-anak tertentu, munculnya panas selalu disertai dengan perdarahan hidung (epistaksis). Dalam dunia media, kebiasaan ini dikenal sebagai habitual epistaksis, yang terjadi akibat kelainan bersifat sementara dari gangguan berbagai infeksi (bisa saja bukan karena dengue).
Ada juga anak yang apabila mengalami sakit panas dan minum obat panas tertentu akan mengalami perdarahan hidung.
Untuk penderita DBD, bentuk reaksi pertama dan keduanya sama persis dengan demam dengue. Yang membedakannya terletak pada reaksi ketiganya. Pada dBD, manifestasi gejala klinis reaksi ketiga lebih gawat, berupa keluarnya plasma darah dari dalam pembuluh darah, kemudian masuk ke dalam rongga perut dan rongga selaput paru-paru.
Jika tidak segera ditanggulangi, aksi dengue ini bisa menyebabkan perdarahan yang sangat masif. Perdarahan inilah yang sering memaksa dokter memberikan transfusi darah dalam jumlah tidak terbayangkan. Itu sebabnya penting diketahui, kapan seorang penderita DBD mulai mengalami keluarnya plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah.
Berdasarkan pengalaman, keluarnya plasma darah ini (apabila ada), biasanya terjadi pada sakit hari ketiga sampai keeempat.
Terdapat beberapa tanda bahaya yang harus diwaspadai penderita DBD, terutama anak-anak. Misalnya, bila timbul panas mendadak yang langsung meninggi, disertai kondisi badan lemas dan loyo. Apalagi bila panas yang timbul juga disertai flushing atau kemerahan pada muka, leher, dan dada. Gejala lain yang sering timbul di akhir periode ini adalah panas yang ditunggangi perdarahan kulit, hidung, dan gusi.
Jangan terburu senang bila suhu badan pasien berangsur dingin, namun kondisinya tetap loyo. Denyut nadi kecil, tapi cepat. Pada perabaan, ujung-ujung tangan atau kaki anak terasa dingin. Orang tua yang tidak mengerti, pasti menyangka suhu tubuh anaknya telah kembali normal, bahkan dianggap sembuh, sehingga membuatnya lalai membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat. Padahal yang terjadi justru sebalinya. Penderita di tahap ini kadang sudah terlalu terlambat untuk diselamatkan.
Untuk menunjang diagnosis DBD, maka lazimnya dilakukan pemeriksaan laboratorium. Hasilnya akan menggambarkan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin (Hb) dan peningkatan hematokrit (HCT), disertai penurunan trombosit hingga kurang dari 15.000. Perubahan ini biasanya baru terjadi dan terdeteksi pada demam hari ketiga sampai kelima. Itu sebabnya dokter sering menolak memeriksa darah pasien pada demam hari pertama atau kedua. Karena hasilnya pasti normal.
Dalam perjalanan selanjutnya, jumlah trombosit akan terus turun, mulai hari ketiga, keempat dan kelima. Pada hari keenam selanjutnya, jumlah trombosit berbalik meningkat, sampai akhirnya kembali ke posisi normal.
Titik balik pada hari keenam ini yang sering disangka banyak orang sebagai “pengaruh positif” pemberian jambu biji. Pada hari keenam tersebut, jumlah trombosit memang sudah di atas 50.000. Bila tidak disertai komplikasi dengan penyakit lain, penderita biasanya diperbolehkan pulang.
Pemeriksaan penunjang lain yang sering dilakukan di laboratorium adalah tes Imunoglobulin G (IgG), Imunoglobulin M (IgM) dan tes Widal. Tes Widal ini untuk identifikasi antibodi tubuh terhadap penyakit demam typhoid (tifus). Tes Widal sebaiknya dilakukan menjelang akhir minggu pertama panas atau awal minggu kedua panas. Jika dilaksanakan pada masa awal datangnya demam, dikhawatirkan tidak mendapat hasil yang maksimal.
Meskipun dikenal sebagai demam ganas, namun ironisnya, secara medis tidak ada pengobatan khusus yang bisa diberikan untuk melawan DBD. Penyakit ini bersifat self limiting disease atau penyakit yang bisa sembuh sendiri. Prinsip pengobatannya secara umum hanya memberikan cairan elektrolit (khususnya natrium) dan glukosa.
Asupan berupa minuman yang mengandung cairan elektrolit dan glukosa, seperti air sari buah atau minuman lain yang manis, juga bisa membantu mengatasi kekurangan cairan pada penderita.
Itu dia sedikit informasi tentang “mengenal virus dengue”. Semoga informasi tersebut bermanfaat dan menjadi referensi.
Belum ada Komentar untuk "Mengenal Virus Dengue"
Posting Komentar