Resensi Novel “Sang Pemimpi”

Setelah sekian lama, buku dan novel yang ada di lemari buku tertumpuk dengan rapi, akhirnya buku atau novel kedua dari tetralogi “Laskar Pelangi” ini kembali menarik perhatian kami. Novel legendaris dan pernah menjadi favorit bagi para pecinta buku di Indoensia ini terbit pertama kali pada Juli 2006 dan kami membeli novel ini pada cetakan kedua puluh delapan pada Desember 2010. Dan pada Juni 2021 ini, akhirnya ketertarikan untuk membaca ulang novel ini membawa kami untuk mengulasnya dalam bentuk resensi novel Sang Pemimpi yang memberikan efek dan pelajaran positif tentang arti perjuangan dalam hidup.

Sebagai novel kedua dari tetralogi Laskar Pelangi, novel ini memang memberikan cerita yang sedikit light, dengan kisah seputar kehidupan tiga orang tokoh utama. Andrea Hirata sebagai seorang penulis novel mampu menggambarkan dengan apik di setiap peritiwa yang membuat para pembaca penasaran dengan membacanya lembar demi lembar. Apalagi dengan penggambaran karakteristik dan deskripsi yang sangat kuat pada setiap karakter tokohnya.

Semangat dan impian” menjadi sebuah kata-kata semangat positif yang mendorong pembaca untuk memaknainya dalam benak untuk meletakkan kata positif tersebuit sebagai pendorong hidup para tokoh utama, tidak hanya tokoh dalam novel “Sang Pemimpi”, namun juga para pembaca novel tersebut.

Resensi Novel “Sang Pemimpi”
Novel “Sang Pemimpi”

Identitas Buku:

  • Judul: Sang Pemimpi.
  • Penulis: Andrea Hirata.
  • Penerbit: PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta.
  • Tahun terbit : Cetakan pertama Juli 2006, Cetakan kedua puluh delapan Desember 2010.
  • Tebal buku: viii + 248 halaman
  • ISBN: 978-979-1227-81-0.

Resensi Buku “Sang Pemimpi”

Mengambil tema “sebuah persahabatan dan perjuangan dalam menghadapi kerasnya hidup”, menjadikan novel Sang Pemimpi memiliki kisah menarik yang dilakoni tiga anak muda, yaitu Ikal, Arai dan Jimbron. Kisah dalam Sang Pemimpi merupakan cerita lebih khusus dari novel sebelumnya, yaitu Laskar Pelangi. 

Semangat dan impian menjadi dua kata utama yang mampu menggerakkan semangat bagi tiga anak muda untuk mampu bertahan dan tetap berjuang dalam menghadapi hidup yang begitu keras.  Dengan bimbingan seorang guru, yaitu Bapak Julia Balia yang menumbuhkan mimpi yang luar biasa bagi Ikal, Arai dan Jimbron.

Pak Balia dengan kata-kata yang luar biasa mampu memberikan suntikan motivasi yang membuat Ikal dan Arai berhasil mendapatkan beasiswa ke universitas yang diimpikannya yaitu  Universite de Paris, Sorbonne, Prancis. Kata-kata dari Pak Balia yang menjadi nasehat yang begitu inspiratif tersebut adalah “Bermimpilah yang besar, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu!

Baca juga: Resensi Novel “Laskar Pelangi”.

Mimpi telah menjadi dorongan luar biasa bagi tiga anak muda ini untuk berusaha meraihnya. Bahkan Arai sampai bermimpi  akan berkeliling dunia dengan menjelajahi Eropa dan Afrika. Berbeda dengan Arai yang menterjemahkan mimpi Arai dengan selesaikan sekolah dulu, menyelasaikn pendidikan ke perguruan tinggi, kemudian mencari beasiswa S-2 ke luar ngeri. 

Kerja keras dan meraih impian tersebut mulai dilakukan dengan tetap bersekolah sampai lulus SMA, tidak seperti teman sekolah lainnya, tiga anak muda harus tetap bersekolah dengan bekerja keras membanting tulang sampai menjadi kuli ngambat dan bekerja serabutan  di tempat pelelangan ikan.  Semua itu dilakukan untuk meraih mimpi yang ingin kejarnya.

Pada tahap selanjutnya, Arai dan Ikal mantap untuk meraih mimpinya dengan berlayar menuju Jakarta. Tekad dan nekat untuk tetap meraih mimpi menjadikan Arai dan Ikal berusaha mencari kerja sambilan sebagai batu loncatan untuk kuliah di Universitas Indonesia. Kisah perjuangan berangkat menuju Jakarta sempat diwarnai sedikit kisah sedih yaitu perpisahan mengharukan, antara tiga anak muda tersebut, yaitu Ikal, Arai dan Jimbron, saat Jimbron memutuskan untuk tetap tinggal di Belitong dengan memberikan dua buah tabungan berbentuk kuda pada Ikal dan Arai,”Kalian berdua akan pergi ke Paris dengan menggunakan kudaku”.

Baca juga: Resensi Novel “Negeri 5 Menara”.

Perjuangan meraih mimpi tercapai setelah Ikal lulus dari Universitas Indonesia dan Arai kembali dari Kalimantan, mereka berdua dipertemukan dalam sebuah wawancara penerima Beasiswa S-2 di Universitas Sorebonne, Prancis.

Kelebihan Novel “Sang Pemimpi”

Semangat dan motivasi luar biasa ditunjukkan oleh tiga anak muda dalam novel Sang Pemimpi karya Anbdrea Hirata ini. Kisah perjuangan yang memberikan positif yaitu beranilah bermimpi dan terus berjuang untuk meraihnya. Mimpi, harapan, kerja keras dan doa yang berjalan dengan beriringan akan menuai hasil yang memuaskan.

Resensi Novel “Sang Pemimpi”
Novel “Sang Pemimpi”

Kekurangan Novel “Sang Pemimpi”

Sama halnya dengan berbagai karya tulis lainnya tentu memiliki kekurangan. Namun dalam novel ini tidak ada kekurangan yang berarti, hanya terdapat pada konflik cerita yang tidak terlalu tajam antara Arai dan Ikal, namun semua bisa diselesaikan dengan sadarnya Arai untuk tetap meraih mimpi-mimpi yang telah dibangun tersebut.

Itu dia sedikit resensi novel “Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata, semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua.

Belum ada Komentar untuk "Resensi Novel “Sang Pemimpi”"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel